Kamis, 27 Januari 2011

PROPOSAL BANTUAN BIAYA (DANA) TANAL PANITIA NATAL 2011 IKATAN PELAJAR MAHASISWA MANOKWARI MALANG (IPMMA)-MALANG JAWA TIMUR PROPOSAL BANTUAN BIAYA (DANA) NATAL IPMMA-MALANG 2011 PENDAHULUAN PENGANTAR Semaking berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia, yang begitu pesat sehingga memaksa setip orang untuk berlombah-lombah dalam dunia pendidikan, bukan hanya pada masyarakat kalangan atas saja namun masyarakat kalangan bawah pun turut mengambil bagian dalam dunia pendidikan tersebut, pendidikan ini tidak hanya di daerah tertentu saja, tetapi hampir semua wilayah di Indonesia telah berlangsungnya aktivitas dunia pendidikan. Dan diantara wilayah di Indonesia yang begitu terkenal adalah wilayah pulau Jawa, yang meliputi : Jakarta, Bandung, Bogor, Jogyakarta, Semarang, Salah Tiga, Solo, Surabaya, Malang, dan tak ketingalang juga pulau Bali. Dalam dunia pendidikan yang berlangsung di Indonesia masyarakat Papua sudah sejak lama mengambil bagian dalam dunia pendidikan tersebut, ini terbukti dengan adanya Mahasiswa Papua yang sedang menempuh pendidikan pada kato-kota studi yang telah di sebutkan terlebih dahulu di atas. Dari aktivitas yang kami lakukan sebagai mahasiswa yaitu kuliah, kami juga membentuk komunitas atau Organisai yang di sebut sebagai Paguyuban (Bahasa Jawa), Salah Satu Paguyuban Mahasiswa Papua Yang ada di Pulau Jawa dan Bali adalah Ikatan Pelajar Mahasiwa Manokwari Malang (IPMMA), Paguyuban kami ini terdapat di kota studi Malang Jawa Timur, kami kuliah tersebar di semua kampus yang ada di kota Malang, dengan berbagai disiplin ilmu. Paguyuban yang kami dirikan sejak tahun 2002 ini, melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan dan memajukan kreativitas semua anggota-anggotanya, dan juga melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat religi (keagamaan), salah satu diantaranya adalah Perayaan Natal. Ikatan Pelajar Mahasiswa Manokwari Malang (IPMMA) telah melakukan kegiatan natal setiap tahun hingga 2010, tahun kemaring. Dnegan semaking banyaknya anggota IPMMA di malang dan di beberapa kota studi di pulau Jawa dan Bali yang berasal dari Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat, sehingga kami dari ikatan pelajar mahasiswa Manokwari Malang (IPMMA), kami mempunyai satu inisiatif untuk mengadakan perayaan natal di tahun 2011 ini, dengan mengundang semua mahasiswa sejawa dan bali untuk mengadakan perayaan natal bersama-sama di malang, oleh karena itu dengan kerendahan hati, kami memohon kepada Bapak selaku Kepala Daerah Kabupaten Manokwari, untuk dapat membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan natal IPMMA. Kami sebagai mahasiswa asal manokwari berharap dengan kegiatan yang kami lakukan ini, dapat menjalin kerja sama antara kami sesama mahasiswa asal Manokwari di setiap kota studi di pulau Jawa dan Bali dan juga menjalin hubungan yang erat dengan pemerintah daerah Manokwari, dalam peningkatan sumberdaya manusia pada bidang keagamaan untuk dapat memperkokoh keimanan dan ketakwaan kepada TUHAN kita YESUS KRISTUS. Proposal yang kami ajukan kepada Bapak selaku kepala daerah adalah dalam rangka pengalangan nada natal IPMMA 2011, kami akan cantumkan besarnya biaya atau dana yang akan kami butuhkan pada pelaksaan kegiatan tersebut. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Maksud dari pengajuan proposal ini adalah agar kami dapat memperoleh bantuan dana (biaya) dari Bapak Ketua DPRD selaku Wakil Rakyat Daerah Kabupaten Manokwari, ada beberapa hal di antaranya adalah: 1) Meringangkan beban kami. 2) Dapat mengsuseskan kegiatan natal IPMMA 2011 3) Membantu kami dalam pengalangan dana (biaya) kegiatan natal 4) Dana yang kami butuhkan, nilai uangnya besar 5) Bapak sebagai orang tua kami dan kepala daerah, di Kabupaten Manokwari. Tujuan Tujuan pembuatan proposal adalah sebagai berikut ; 1) Membantu, dan meringankan kami dalam pengalangan dana (biaya). 2) Menjalin hubungan dengan sesama mahasiswa IPMMA se-Jawa Bali 3) Menjalin hubungan antara mahasiswa IPMMA Se-Jawa Bali, dan Pemerintah Kabupaten Manokwari. RENCANA BIAYA ATAU ANGGARAN PERAYAAN NATAL IPMMA 2011. No. Nama-nama seksi Keterangan 1 Sie. Perlengakapan Rp 10.000.000,- 2 Sie. Acara Rp 10.000.000,- 3 Sie. Dekorasi Rp 10.000.000,- 4 Sie. Konsumsi Rp 20.000.000,- 5 Sie. Dokumentasi Rp 10.000.000,- Total Rp 60.000.000,- No Biaya lain-lain Keterangan 1 Transportasi Rp 10.000.000,- 2 Penginapan Rp 20.000.000,- 3 Keamanan Rp 10.000.000,- Total Rp 40.000.000,- Total dari seluruhan dana dalam pengajukan proposal kepada Bapak, untuk dapat membantu kami adalah sebesar Rp.100.000,000,- dari setiap seksi-seksi dalam panitia natal IPMMA 2011. Kiranya Bapak dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan natal yang akan di lakukan pada bulan Desember 2011. PENUTUP 1) Kiranya proposal yang kami ajukan kepada Bapak sebagai pertimbangan dalam membantu kami, dengan memberikan bantuan berupa biaya (Dana) kepada kami dalam rangkah pelaksanaan kegiatan natal Ikatan Pelajar Mahasiswa Manokwari (IPMMA)-Malang. 2) Kami sangat mengharapkan uluran tangan Bapak dalam meringankan serta memperlancar kegiatan natal IPMMA 2011. Berikut ini kami akan lampirkan susunan panitia natal IPMMA 2011, sebagai bukti bahwa dalam pengajuan proposal kepada Bapak. Demikian proposal bantuan dana (Biaya) yang kami ajukan kepada Bapak selaku Ketua DPRD Kabupaten Mnokwari, untuk dapat membantu kami. Atas bantuannya, kami ucapan banyak terimah kasih “ TUHAN YESUS MEMBERKATI ” Malang, Februari 2011 A.n BPH IPMMA-Malang Panitia Natal IPMMA 2011 Ketua Ketua Sekertaris Anwar. Ahoren Yopie. Saiba Dolfinus. Moktis Lampiran 1 SUSUNAN PANITIA NATAL IKATAN PELAJAR MAHASISWA MANOKWARI ( IPMMA)-MALANG 2011 Ketua : Yopie Saiba Sekertaris : Dolfinus Moktis Bendara : Timo Mandacan Seksi-seksi Perlengkapan: Kordinator : Didimus Baru Acara : Kordinator : Robert Inden Dekorasi : Kordinator : Elisa Nubuab Usaha Dana: Kordinator: Ismael Iryo Komsumsi: Kordinator : Yubelina Ullo Dokumentasi Kordinator : Manfret Horna Demikian susunan panitia natal Ikatan Pelajar Mahasiswa Manokwari (IPMMA)-Malang 2011.

TUGAS MAKALAH MENEJEMEN LINGKUNGAN “TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI” Oleh: Yopie Saiba Npm:2080613006 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2011 BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Taman Wisata Alam adalah salah satu dari kawasan pelestarian alam, dimana fungsi utamanya dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam. Sebanyak 124 unit lokasi Taman wisata alam (TWA) seluas 1.041.345,21 ha, yang terdiri dari 105 unit lokasi TWA daratan (271.224,51 ha) dan sisanya 19 unit lokasi TWA adalah daratan dengan perairan (770.120,70 ha), (Anonimous 2007). Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari, Papua Barat. adalah salah satu dari beberapa lokasi TWA dataran yang ada Indonesia yang hingga saat ini belum mendapat perhatian yang khusus dalam menangani dan menyikapi kawasan pelestarian tersebut. Bila dilihat, potensi dan manfaatan kawasan ini sangat menjanjikan yang dapat dijadikan aset pemerintah dalam meningkatkan PAD dan sebagai penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora, fauna dan ekosisemnya. Risalah kawasan Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980 dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekontruksi penataan batas kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha. Sebagai kawasan pelestarian TWA Gunung Meja merupakan salah satu hutan dataran rendah di Manokwari yang mempunyai potensi flora dan fauna yang beragam dengan bentuk wilayah yang unik. Karena bentuk wilayah yang unik tersebut terutama struktur geologi dan dengan kepadatan vegetasi hutannya serta letaknya yang dekat dengan kota maka hutan ini disebut juga sebagai hutan Lindung Hidro-orologis (pengatur tata air). Secara geografis hutan TWA gunung Meja terletak antara koordinat 1340 04’ 30” -1340 05’ 32” Bujur Timur dan  00 50’25” - 00’ 55” Lintang Selatan. Formasi geologis di daerah ini mediteran dengan batuan sedimen neogen. Lapisan tanah dangkal dan berbatu di antara batuan kapur keras. Dengan ketinggian tempat mencapai 175 m dpl, kawasan ini memiliki topografi yang bervariasi. Mulai dari datar hingga bergelombang ringan sampai berat, pada beberapa daerah tertentu dijumpai jurang yang terjal dan lereng yang tajam. Klasifikasi Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,3 0C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. 51sebelumnya saya telah katakan bahwa Manokwari adalah daerah tujuan wisata yang baik di tanah Papua. Mengapa demikian? Apa saja yang bisa dijumpai oleh para wisatawan ketika mengunjungi daerah ini? Tentu saja pernyataan saya memiliki alasan yang baik sehingga saya berani mempromosikan Manokwari di website ini. Okay, pada beberapa paragraf berikut, saya akan menjelaskan beberapa daya tarik wisata di Manokwari yang terbagi dalam tiga wilayah utama yakni hutan dan pegunungan, kota dan masyarakatnya, serta pantai dan terumbu karang. Masing-masing wilayah wisata itu akan saya jelaskan sebagai berikut: Potensi Kawasan TWA Gunung Meja Flora Tumbuhan Berkayu (Woody plant):Keragaman flora di kawasan ini cukup beragam mulai dari tumbuhan berkayu hingga tumbuhan tidak berkayu. Pada jenis tumbuhan berkayu terdapat perubahan struktur vegetasi, dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (10-20 cm) yang sangat tinggi. Pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat pada vegetasi tingkat tiang ini umumnya digunakan untuk pembuatan pagar kebun, kerangka bangunan rumah atau pondok dan kayu bakar. Lasamahu (1996), melaporkan pengambilan hasil hutan dari kawasan ini adalah untuk hasil hutan kayu rata-rata sebesar 71,8100 m3 per tahun, sedangkan hasil hutan non kayu beupa bambu 0,0937 m3 per tahun, rotan 0,0421 m3 per tahun, anggrek 27 tumbuhan per tahun. Tumbuhan Non Berkayu (Non Woody plant): Beberapa jenis tumbahan non kayu yang terdapat di kawasan hutan TWA gunung meja berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Penelitian Kehutanan Manokwari diketahuiJenis Bambu : diketahui terdapat 8 jenis di daerah ini, dari ± 32 jenis yang ada di Papua (Widjaya, 1988). Pada jenis anggrek (Dendrobium littorale, D. grastidium, D. bifalce, D. liniale, Grammatophyllum sciptum BL.,dan Pamatocalpa sp., dll). Palem (Caryota rumphiana Mart., Arenga microcarpa Becc.,Orania sp., dll). Dan pada jenis Rotan (Calamus aruensis Becc dan Karthalsia zippeli Burrret) Fauna Avifauna termasuk dalam kelompok satwaliar yang dapat menjadi indikator kondisi suatu habitat. Burung yang ditemukan di kawasan TWA Gunung Meja sekitar tahun 90 an, cukup banyak jenisnya, beberapa jenis yang merupakan satwa burung dilindungi terdapat di kawasan tersebut. Harijadi dan Wajo (1996), melaporkan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja dengan menggunakan metode perjumpaan mendapatkan sedikitnya 39 jenis burung  jumlah yang ditemukan pada tahun tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jenis yang ditemukan oleh Warsito dan Oktovina (2005) sebanyak 25 jenis burung. Penurunan jenis burung di kawasan ini diduga sebagai akibat dari semakin banyaknya kawasan terbuka, perburuan liar, perambahan hutan , pembukaan areal kebun dan lain-lain.     WISATA Goa Dari 19 goa alam yang ditemukan, terdapat 4 goa alam yang berukuran besar. di kawasan TWA Gunung Meja yang sebetulnya sangat potensial untuk obyek wisata. Namun hingga saat ini belum adanya penangganan khusus bagi obyek ini. Goa tersebut menurut masyarakat setempat adalah goa alami yang terjadi dan ada sejak dari dahulu. Oleh sebagian masyarakat, dahulu digunakan sebagai tempat untuk mengambil air minum namun saat ini pengambilan air minum di goa tersebut kurang diminati karena pada sebagian masyarakat telah membuat sumur sendiri dan ada juga yang telah menggunakan layanan PDAM. Sementara itu, berapa goa lainnya telah menjadi sarana bermain anak-anak sehingga beberapa goa tersebut tidak terpelihara dengan baik dan menjadi kotor. Tugu Jepang Tugu Jepang ini merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan tentara Jepang di daerah Manokwari. Namun saat ini Tugu Jepang yang merupakan saksi sejarah telah rusak akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab dan kurangnya perhatian dari instansi terkait terhadap situs-situs sejarah yang ada di daerah ini. Mata Air Sebagai kawasan hidro-orologis bagi masyarakat di kota Manokwari, kawasan TWA Gunung Meja memiliki fungsi yang penting. Tim penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari menemukan sedikitnya terdapat 23 mata air di kawasan ini yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan dan  menjadi alternative dalam mengambil air oleh mayarakat kota Manokwari di kala musim kemarau (Juni- Agustus). Hutan Pendidikan Di bagian Utara, dapat dijumpai beberapa petak tanaman kehutanan yang terpelihara dengan baik, kondisi tersebut sampai saat ini masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan, petak tanaman tersebut merupakan hutan pendidikan yang masih dikelola dan dipelihara dengan baik oleh instansi terkait. Selain petak tersebut, pada bagian Timur telah dibuatkan areal plot monitoring sebagai kawasan penelitian/pendidikan  biodiversitas flora di Gunung Meja. Sebagai maksud dari pembuatan plot, untuk mengetahui keanekaragaman jenis, potensi dan menetapkan kawasan ini sebagai Areal Sumberdaya Genetik (ASDG) penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora dan ekosisemnya. Hutan dan Pegunungan Di kaki Gunung Meja Manokwari ada sebuah penginapan murah. Namanya Penginapan Kagum. Wisatawan asing suka menginap di situ karena disamping nyaman dan terjangkau harganya, penginapan ini dekat dengan lokasi hutan yang ingin mereka kunjungi. Hutan hujan tropis memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat Papua. Hutan adalah lokasi untuk sumber makanan, kayu dan inspirasi seni. Di samping itu hutan berguna untuk menyerap CO2 yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat dunia. Pohon-pohon tinggi di hutan Gunung Meja yang terletak di dekat kota telah lama menjadi rumah bagi burung-burung langka endemik Papua seperti Kakaktua Putih, Kakaktua Raja, Taun-taun. Bermacam-macam anggrek hidup pula di pepohonan yang hijau tersebut. Hutan di daerah pantai masih banyak didiami oleh satwa liar seperti soa-soa, ular, kuskus dan bermacam-macam burung kecil lainnya. Tanaman-tanaman tropis baik yang memiliki khasiat sebagai obat ataupun yang menghasilkan buah-buahan banyak kita jumpai di hutan tersebut. Buah-buah ini merupakan sumber makanan utama bagi berbagai jenis binatang liar yang hidup di dalam hutan tropis Papua. Ketika kita berjalan menyusuri belantara hutan Gunung Meja, terutama di musim hujan, akan mudah sekali kita menjumpai jamur yang memiliki bentuk yang indah dan menawan. Bunga-bunga hutan merupakan penghias alam yang menyediakan nektar bagi kupu-kupu dan burung-burung kecil. Kali-kali kecil yang menuju ke laut adalah tempat hidupnya ikan, kepiting yang bentuknya unik. Perjalanan sepanjang lereng Gunung Meja merupakan sebuah pengalaman yang mengejutkan karena di beberapa tempat, masih nampak sisa-sisa terumbu karang purba yang hidup di daerah itu ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Karena tekanan tektonik lapisan bumi maka tempat yang dulunya adalah dasar laut terangkat jauh dari permukaan laut hingga ratusan meter lalu membentuk Gunung Meja. Oleh karena itu, hutan gunung meja yang kaya akan spesies tumbuhan, serangga maupun hewan tidak hanya menjadi tempat yang ideal bagi pariwisata yang berorientasi lingkungan tetapi juga bagi tujuan-tujuan pendidikan. Ada beberapa tempat di kawasan ini yang memiliki gua alam. Gua-gua tersebut berada di daerah yang terpencil sehingga sangat sedikit sekali orang yang mengetahui tentang keberadaannya. Di dalam sana, kita bisa menjumpai kelelawar-kelelawar kecil, kadal dan serangga kecil. Kota Manokwari dan Masyarakatnya Manokwari memanjang sesuai alur Teluk Dorey - tempat yang dijadikan oleh seorang peneliti alam Alfred Russel Wallace sebagai wilayah penelitian di tahun 1858. Kota yang dulu hanya berupa perkampungan kecil, kini telah berubah menjadi sebuah ibu kota Provinsi dengan perkembangan pembangunan yang pesat sekali. Di sini,  para wisatawan bisa bertemu dengan seniman-seniman yang memiliki talenta yang tinggi. Mereka menenun kain secara manual, membuat ukir-ukiran yang terbuat dari kayu, melukis pemandangan dan beraneka ragam satwa maupun tanaman Papua, serta menyuguhkan tari-tarian bergaya Pasifik yang indah dan menawan. Lagu-lagu tradisional Papua diputar oleh para sopir taksi, stasiun radio FM yang CDnya bisa dibeli di toko-toko kaset atau pasar. Pasar tradisional di Kota Manokwari ada dua buah yakni Pasar Sanggeng dan Pasar Wosi. Di sini wisatawan bisa menikmati bermacam-macam buah yang diproduksi oleh petani-petani lokal. Terkadang binatang-binatang buruan seperti babi hutan, tikus tanah, dan daging rusa dijual oleh penduduk asli. Tempat para nelayan menjual ikan terletak beberapa puluh meter dari pasar induk. Di Malam hari, warung makan di pinggir jalan dan restoran menyediakan bermacam-macam makanan dari yang bergaya Papua hingga yang bercita rasa Jawa, Minahasa maupun Mandarin. Seafood tersedia di hampir semua restoran yang ada di kota ini. Pantai, Pulau dan Terumbu Karang Masyarakat kota Manokwari suka sekali berenang di Pantai Pasir Putih setiap hari Minggu atau hari-hari libur lainnya. Perjalanan ke pantai itu lamanya kurang lebih sepuluh menit dari kota. Di samping pantai pasir putih, ada juga pantai Amban yang menghadap lautan pasifik. Deburan ombak begitu kuat terdengar hingga kawasan hutan gunung meja. Di tengah-tengah Teluk Dorey terdapat tiga buah pulau, Mansinam, Lemon dan Raimuti. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang Eropa mendarat di Pulau Mansinam untuk menyebarkan injil kepada penduduk asli Papua. Untuk menghormati kedua penginjil itu, sebuah monumen salib besar dibangun di sana. Teluk Dorey adalah kawasan penyelaman terumbu karang dan bangkai kapal yang sangat terkenal di Indonesia bahkan di dunia. Beberapa bangkai kapal besar dan kecil berbaring di dasar laut sekitar Pulau Mansinam dan Pulau Lemon serta Pantai Pasir Putih. Daftar pustaka Harijadi Bambang Tj dan M. J. Wajo, 1996. IdentifikasiJenis Burung Pada Kawasan TWA Gunung Meja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Lasamahu, L. 1996. Survei Pengambilan Hasil Hutan dan Jenis Penggunaannya pada Hutan Wisata Gunung Meja. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari (tidak diterbitkan). Potensi Biofisik Kawasan Hutan TWA Gunung Meja  Manokwari. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari 2006. Warsito dan Oktovina Eryanan .2006. Prosiding. Ekspose Hasil-hasil Penelitian dan PameranIPTEK, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari, 18-19 April 2006. Anonim. 2004. Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. NRM. Manokwari.  Anonim. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TWA Gunung Meja Tahun 2009-2024, Balai Besar KSDA Papua Barat. Sorong.  Leppe D dan Tokede MJ. 2008. Potensi Biofisik Taman Wisata Alam Gunung Meja. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari. TUGAS MAKALAH MENEJEMEN LINGKUNGAN “TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI” Oleh: Yopie Saiba Npm:2080613006 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2011 BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Taman Wisata Alam adalah salah satu dari kawasan pelestarian alam, dimana fungsi utamanya dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam. Sebanyak 124 unit lokasi Taman wisata alam (TWA) seluas 1.041.345,21 ha, yang terdiri dari 105 unit lokasi TWA daratan (271.224,51 ha) dan sisanya 19 unit lokasi TWA adalah daratan dengan perairan (770.120,70 ha), (Anonimous 2007). Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari, Papua Barat. adalah salah satu dari beberapa lokasi TWA dataran yang ada Indonesia yang hingga saat ini belum mendapat perhatian yang khusus dalam menangani dan menyikapi kawasan pelestarian tersebut. Bila dilihat, potensi dan manfaatan kawasan ini sangat menjanjikan yang dapat dijadikan aset pemerintah dalam meningkatkan PAD dan sebagai penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora, fauna dan ekosisemnya. Risalah kawasan Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980 dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekontruksi penataan batas kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha. Sebagai kawasan pelestarian TWA Gunung Meja merupakan salah satu hutan dataran rendah di Manokwari yang mempunyai potensi flora dan fauna yang beragam dengan bentuk wilayah yang unik. Karena bentuk wilayah yang unik tersebut terutama struktur geologi dan dengan kepadatan vegetasi hutannya serta letaknya yang dekat dengan kota maka hutan ini disebut juga sebagai hutan Lindung Hidro-orologis (pengatur tata air). Secara geografis hutan TWA gunung Meja terletak antara koordinat 1340 04’ 30” -1340 05’ 32” Bujur Timur dan  00 50’25” - 00’ 55” Lintang Selatan. Formasi geologis di daerah ini mediteran dengan batuan sedimen neogen. Lapisan tanah dangkal dan berbatu di antara batuan kapur keras. Dengan ketinggian tempat mencapai 175 m dpl, kawasan ini memiliki topografi yang bervariasi. Mulai dari datar hingga bergelombang ringan sampai berat, pada beberapa daerah tertentu dijumpai jurang yang terjal dan lereng yang tajam. Klasifikasi Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,3 0C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. 51sebelumnya saya telah katakan bahwa Manokwari adalah daerah tujuan wisata yang baik di tanah Papua. Mengapa demikian? Apa saja yang bisa dijumpai oleh para wisatawan ketika mengunjungi daerah ini? Tentu saja pernyataan saya memiliki alasan yang baik sehingga saya berani mempromosikan Manokwari di website ini. Okay, pada beberapa paragraf berikut, saya akan menjelaskan beberapa daya tarik wisata di Manokwari yang terbagi dalam tiga wilayah utama yakni hutan dan pegunungan, kota dan masyarakatnya, serta pantai dan terumbu karang. Masing-masing wilayah wisata itu akan saya jelaskan sebagai berikut: Potensi Kawasan TWA Gunung Meja Flora Tumbuhan Berkayu (Woody plant):Keragaman flora di kawasan ini cukup beragam mulai dari tumbuhan berkayu hingga tumbuhan tidak berkayu. Pada jenis tumbuhan berkayu terdapat perubahan struktur vegetasi, dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (10-20 cm) yang sangat tinggi. Pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat pada vegetasi tingkat tiang ini umumnya digunakan untuk pembuatan pagar kebun, kerangka bangunan rumah atau pondok dan kayu bakar. Lasamahu (1996), melaporkan pengambilan hasil hutan dari kawasan ini adalah untuk hasil hutan kayu rata-rata sebesar 71,8100 m3 per tahun, sedangkan hasil hutan non kayu beupa bambu 0,0937 m3 per tahun, rotan 0,0421 m3 per tahun, anggrek 27 tumbuhan per tahun. Tumbuhan Non Berkayu (Non Woody plant): Beberapa jenis tumbahan non kayu yang terdapat di kawasan hutan TWA gunung meja berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Penelitian Kehutanan Manokwari diketahuiJenis Bambu : diketahui terdapat 8 jenis di daerah ini, dari ± 32 jenis yang ada di Papua (Widjaya, 1988). Pada jenis anggrek (Dendrobium littorale, D. grastidium, D. bifalce, D. liniale, Grammatophyllum sciptum BL.,dan Pamatocalpa sp., dll). Palem (Caryota rumphiana Mart., Arenga microcarpa Becc.,Orania sp., dll). Dan pada jenis Rotan (Calamus aruensis Becc dan Karthalsia zippeli Burrret) Fauna Avifauna termasuk dalam kelompok satwaliar yang dapat menjadi indikator kondisi suatu habitat. Burung yang ditemukan di kawasan TWA Gunung Meja sekitar tahun 90 an, cukup banyak jenisnya, beberapa jenis yang merupakan satwa burung dilindungi terdapat di kawasan tersebut. Harijadi dan Wajo (1996), melaporkan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja dengan menggunakan metode perjumpaan mendapatkan sedikitnya 39 jenis burung  jumlah yang ditemukan pada tahun tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jenis yang ditemukan oleh Warsito dan Oktovina (2005) sebanyak 25 jenis burung. Penurunan jenis burung di kawasan ini diduga sebagai akibat dari semakin banyaknya kawasan terbuka, perburuan liar, perambahan hutan , pembukaan areal kebun dan lain-lain.     WISATA Goa Dari 19 goa alam yang ditemukan, terdapat 4 goa alam yang berukuran besar. di kawasan TWA Gunung Meja yang sebetulnya sangat potensial untuk obyek wisata. Namun hingga saat ini belum adanya penangganan khusus bagi obyek ini. Goa tersebut menurut masyarakat setempat adalah goa alami yang terjadi dan ada sejak dari dahulu. Oleh sebagian masyarakat, dahulu digunakan sebagai tempat untuk mengambil air minum namun saat ini pengambilan air minum di goa tersebut kurang diminati karena pada sebagian masyarakat telah membuat sumur sendiri dan ada juga yang telah menggunakan layanan PDAM. Sementara itu, berapa goa lainnya telah menjadi sarana bermain anak-anak sehingga beberapa goa tersebut tidak terpelihara dengan baik dan menjadi kotor. Tugu Jepang Tugu Jepang ini merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan tentara Jepang di daerah Manokwari. Namun saat ini Tugu Jepang yang merupakan saksi sejarah telah rusak akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab dan kurangnya perhatian dari instansi terkait terhadap situs-situs sejarah yang ada di daerah ini. Mata Air Sebagai kawasan hidro-orologis bagi masyarakat di kota Manokwari, kawasan TWA Gunung Meja memiliki fungsi yang penting. Tim penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari menemukan sedikitnya terdapat 23 mata air di kawasan ini yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan dan  menjadi alternative dalam mengambil air oleh mayarakat kota Manokwari di kala musim kemarau (Juni- Agustus). Hutan Pendidikan Di bagian Utara, dapat dijumpai beberapa petak tanaman kehutanan yang terpelihara dengan baik, kondisi tersebut sampai saat ini masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan, petak tanaman tersebut merupakan hutan pendidikan yang masih dikelola dan dipelihara dengan baik oleh instansi terkait. Selain petak tersebut, pada bagian Timur telah dibuatkan areal plot monitoring sebagai kawasan penelitian/pendidikan  biodiversitas flora di Gunung Meja. Sebagai maksud dari pembuatan plot, untuk mengetahui keanekaragaman jenis, potensi dan menetapkan kawasan ini sebagai Areal Sumberdaya Genetik (ASDG) penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora dan ekosisemnya. Hutan dan Pegunungan Di kaki Gunung Meja Manokwari ada sebuah penginapan murah. Namanya Penginapan Kagum. Wisatawan asing suka menginap di situ karena disamping nyaman dan terjangkau harganya, penginapan ini dekat dengan lokasi hutan yang ingin mereka kunjungi. Hutan hujan tropis memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat Papua. Hutan adalah lokasi untuk sumber makanan, kayu dan inspirasi seni. Di samping itu hutan berguna untuk menyerap CO2 yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat dunia. Pohon-pohon tinggi di hutan Gunung Meja yang terletak di dekat kota telah lama menjadi rumah bagi burung-burung langka endemik Papua seperti Kakaktua Putih, Kakaktua Raja, Taun-taun. Bermacam-macam anggrek hidup pula di pepohonan yang hijau tersebut. Hutan di daerah pantai masih banyak didiami oleh satwa liar seperti soa-soa, ular, kuskus dan bermacam-macam burung kecil lainnya. Tanaman-tanaman tropis baik yang memiliki khasiat sebagai obat ataupun yang menghasilkan buah-buahan banyak kita jumpai di hutan tersebut. Buah-buah ini merupakan sumber makanan utama bagi berbagai jenis binatang liar yang hidup di dalam hutan tropis Papua. Ketika kita berjalan menyusuri belantara hutan Gunung Meja, terutama di musim hujan, akan mudah sekali kita menjumpai jamur yang memiliki bentuk yang indah dan menawan. Bunga-bunga hutan merupakan penghias alam yang menyediakan nektar bagi kupu-kupu dan burung-burung kecil. Kali-kali kecil yang menuju ke laut adalah tempat hidupnya ikan, kepiting yang bentuknya unik. Perjalanan sepanjang lereng Gunung Meja merupakan sebuah pengalaman yang mengejutkan karena di beberapa tempat, masih nampak sisa-sisa terumbu karang purba yang hidup di daerah itu ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Karena tekanan tektonik lapisan bumi maka tempat yang dulunya adalah dasar laut terangkat jauh dari permukaan laut hingga ratusan meter lalu membentuk Gunung Meja. Oleh karena itu, hutan gunung meja yang kaya akan spesies tumbuhan, serangga maupun hewan tidak hanya menjadi tempat yang ideal bagi pariwisata yang berorientasi lingkungan tetapi juga bagi tujuan-tujuan pendidikan. Ada beberapa tempat di kawasan ini yang memiliki gua alam. Gua-gua tersebut berada di daerah yang terpencil sehingga sangat sedikit sekali orang yang mengetahui tentang keberadaannya. Di dalam sana, kita bisa menjumpai kelelawar-kelelawar kecil, kadal dan serangga kecil. Kota Manokwari dan Masyarakatnya Manokwari memanjang sesuai alur Teluk Dorey - tempat yang dijadikan oleh seorang peneliti alam Alfred Russel Wallace sebagai wilayah penelitian di tahun 1858. Kota yang dulu hanya berupa perkampungan kecil, kini telah berubah menjadi sebuah ibu kota Provinsi dengan perkembangan pembangunan yang pesat sekali. Di sini,  para wisatawan bisa bertemu dengan seniman-seniman yang memiliki talenta yang tinggi. Mereka menenun kain secara manual, membuat ukir-ukiran yang terbuat dari kayu, melukis pemandangan dan beraneka ragam satwa maupun tanaman Papua, serta menyuguhkan tari-tarian bergaya Pasifik yang indah dan menawan. Lagu-lagu tradisional Papua diputar oleh para sopir taksi, stasiun radio FM yang CDnya bisa dibeli di toko-toko kaset atau pasar. Pasar tradisional di Kota Manokwari ada dua buah yakni Pasar Sanggeng dan Pasar Wosi. Di sini wisatawan bisa menikmati bermacam-macam buah yang diproduksi oleh petani-petani lokal. Terkadang binatang-binatang buruan seperti babi hutan, tikus tanah, dan daging rusa dijual oleh penduduk asli. Tempat para nelayan menjual ikan terletak beberapa puluh meter dari pasar induk. Di Malam hari, warung makan di pinggir jalan dan restoran menyediakan bermacam-macam makanan dari yang bergaya Papua hingga yang bercita rasa Jawa, Minahasa maupun Mandarin. Seafood tersedia di hampir semua restoran yang ada di kota ini. Pantai, Pulau dan Terumbu Karang Masyarakat kota Manokwari suka sekali berenang di Pantai Pasir Putih setiap hari Minggu atau hari-hari libur lainnya. Perjalanan ke pantai itu lamanya kurang lebih sepuluh menit dari kota. Di samping pantai pasir putih, ada juga pantai Amban yang menghadap lautan pasifik. Deburan ombak begitu kuat terdengar hingga kawasan hutan gunung meja. Di tengah-tengah Teluk Dorey terdapat tiga buah pulau, Mansinam, Lemon dan Raimuti. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang Eropa mendarat di Pulau Mansinam untuk menyebarkan injil kepada penduduk asli Papua. Untuk menghormati kedua penginjil itu, sebuah monumen salib besar dibangun di sana. Teluk Dorey adalah kawasan penyelaman terumbu karang dan bangkai kapal yang sangat terkenal di Indonesia bahkan di dunia. Beberapa bangkai kapal besar dan kecil berbaring di dasar laut sekitar Pulau Mansinam dan Pulau Lemon serta Pantai Pasir Putih. Daftar pustaka Harijadi Bambang Tj dan M. J. Wajo, 1996. IdentifikasiJenis Burung Pada Kawasan TWA Gunung Meja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Lasamahu, L. 1996. Survei Pengambilan Hasil Hutan dan Jenis Penggunaannya pada Hutan Wisata Gunung Meja. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari (tidak diterbitkan). Potensi Biofisik Kawasan Hutan TWA Gunung Meja  Manokwari. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari 2006. Warsito dan Oktovina Eryanan .2006. Prosiding. Ekspose Hasil-hasil Penelitian dan PameranIPTEK, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari, 18-19 April 2006. Anonim. 2004. Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. NRM. Manokwari.  Anonim. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TWA Gunung Meja Tahun 2009-2024, Balai Besar KSDA Papua Barat. Sorong.  Leppe D dan Tokede MJ. 2008. Potensi Biofisik Taman Wisata Alam Gunung Meja. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari.


IKATAN PELAJAR MAHASISWA MANOKWARI (IPMMA)-
MALANG JAWA TIMUR
TAHUN 2011
Sekretarit : jln. MT. haryono. Gg.XIX.dinoyo Permai Kav. 1c


No : 02/BPH-IPMMA/ MLG/I/2011 Kepada
Lampiran : 2 (Dua) lembar Yth, bapak…………
Perihal : Bantuan Dana Natal Di –
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan perihal tersebut diatas, maka dengan ini kami mahasiswa/I asal Kabupaten Manokwari di kota study Malang, sesuai dengan surat keputusan No.02/SK-PANITIA NATAL IPMMA/MLG/I/2011 BPH-IPMMA yang telah membentuk panitia natal keluarga besar Manokwari Se-Jawa Bali, disertai beberapa kegiatan sebagai beriku:
  1. Temu akrap antara pemerintah daerah dan mahasiswa/I sejawa bali
  2. Temu akrab dari mahasiswa kota study malang dengan kota studiy lain.
  3. Natal Keluarga Besar IPMMA
Dengan kegiatan yang kami cantumkan diatas maka kami minta bantuan dari bapak agar menunjang kegiatan tersebut diatas. Dengan perincian sebagai berikut:
Total keseluruhan sumber dana yang di butuhkan sebesar Rp. 100.000.000,-
Demikian atas bantuan dari bapak kiranya kami tak lupa ucapkan banyak terima kasih.

Malang 24 Januari 2011

A.n
BPH IPMMA Panitia Natal IPMMA 2011
KETUA Ketua Panitia



Anwar Ahoren Yopie Saiba



Tembusan yth :
  1. Bapak Bupati Kab. Manokwari di Manokwari
  2. Bapak Ketua DPRD Kab.Manokwari, di Manokwari
  3. Arsip
PROPOSAL
BANTUAN BIAYA (DANA) TANAL

















PANITIA NATAL 2011
IKATAN PELAJAR MAHASISWA MANOKWARI MALANG
(IPMMA)-MALANG JAWA TIMUR



PROPOSAL
BANTUAN BIAYA (DANA) NATAL IPMMA-MALANG 2011

PENDAHULUAN

PENGANTAR

Semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia, yang begitu pesat sehingga memaksa setip orang untuk berlombah-lombah dalam dunia pendidikan, bukan hanya pada masyarakat kalangan atas saja namun masyarakat kalangan bawah pun turut mengambil bagian dalam dunia pendidikan tersebut. Pendidikan ini tidak hanya di daerah tertentu saja, tetapi hampir semua wilayah di Indonesia telah berlangsungnya aktivitas dunia pendidikan. Dan diantara wilayah di Indonesia yang begitu terkenal adalah wilayah pulau Jawa, yang meliputi : Jakarta, Bandung, Bogor, Jogyakarta, Semarang, Salah Tiga, Solo, Surabaya, Malang, dan tak ketinggalang juga pulau Bali.
Dalam dunia pendidikan yang berlangsung di Indonesia masyarakat Papua sudah sejak lama mengambil bagian dalam dunia pendidikan tersebut, ini terbukti dengan adanya Mahasiswa Papua yang sedang menempuh pendidikan pada kota-kota studi yang telah di sebutkan terlebih dahulu diatas. Dari aktivitas yang kami lakukan sebagai mahasiswa yaitu kuliah, kami juga membentuk komunitas atau Organisai yang di sebut sebagai Paguyuban (Bahasa Jawa). Salah Satu Paguyuban Mahasiswa Papua yang ada di pulau Jawa dan Bali adalah Ikatan Pelajar Mahasiwa Manokwari Malang (IPMMA). Paguyuban kami ini terdapat di kota studi Malang Jawa Timur, kami kuliah tersebar di semua kampus yang ada di kota Malang, dengan berbagai disiplin ilmu. Paguyuban yang kami dirikan sejak tahun 2002 ini, melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan dan memajukan kreativitas semua anggota-anggotanya, dan juga melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat religi (keagamaan), salah satu diantaranya adalah Perayaan Natal.
Ikatan Pelajar Mahasiswa Manokwari Malang (IPMMA) telah melakukan kegiatan natal setiap tahun hingga 2010, tahun kemaring. Dengan semakin banyaknya anggota IPMMA di Malang dan di beberapa kota studi di pulau Jawa dan Bali yang berasal dari Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat, sehingga kami dari ikatan pelajar mahasiswa Manokwari Malang (IPMMA), kami mempunyai satu inisiatif untuk mengadakan perayaan natal di tahun 2011 ini, dengan mengundang semua mahasiswa sejawa dan bali untuk mengadakan perayaan natal bersama-sama di malang, oleh karena itu dengan kerendahan hati, kami memohon kepada Bapak selaku Kepala Daerah Kabupaten Manokwari, untuk dapat membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan natal IPMMA.
Kami sebagai mahasiswa asal Manokwari berharap dengan kegiatan yang kami lakukan ini, dapat menjalin kerja sama antara kami sesama mahasiswa asal Manokwari di setiap kota studi di pulau Jawa dan Bali dan juga menjalin hubungan yang erat dengan pemerintah daerah Manokwari, dalam peningkatan Sumber Daya Manusia pada bidang keagamaan untuk dapat memperkokoh keimanan dan ketakwaan kepada TUHAN kita YESUS KRISTUS.
Proposal yang kami ajukan kepada Bapak selaku kepala daerah adalah dalam rangka pengalangan nada natal IPMMA 2011, kami akan cantumkan besarnya biaya atau dana yang akan kami butuhkan pada pelaksaan kegiatan tersebut.


MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Maksud dari pengajuan proposal ini adalah agar kami dapat memperoleh bantuan dana (biaya) dari Bapak Bupati selaku Kepala Daerah Kabupaten Manokwari, ada beberapa hal di antaranya adalah:
1) Meringangkan beban kami.
2) Dapat mengsuseskan kegiatan natal IPMMA 2011
3) Membantu kami dalam penggalangan dana (biaya) kegiatan natal
4) Dana yang kami butuhkan, nilai uangnya besar
5) Bapak sebagai orang tua dan kepala daerah kami di Kabupaten Manokwari.
Tujuan
Tujuan pembuatan proposal adalah sebagai berikut ;
1) Membantu, dan meringankan kami dalam pengalangan dana (biaya).
2) Menjalin hubungan dengan sesama mahasiswa IPMMA se-Jawa Bali
3) Menjalin hubungan antara mahasiswa IPMMA Se-Jawa Bali, dan Pemerintah Kabupaten Manokwari.
RENCANA BIAYA ATAU ANGGARAN PERAYAAN NATAL IPMMA 2011.
No.
Nama-nama seksi
Keterangan
1
Sie. Perlengakapan
Rp 10.000.000,-
2
Sie. Acara
Rp 10.000.000,-
3
Sie. Dekorasi
Rp 10.000.000,-
4
Sie. Konsumsi
Rp 20.000.000,-
5
dokumentasi
Rp 10.000.000,-

Total
Rp 60.000.000,-

No
Biaya lain-lain
Keterangan
1
Transportasi
Rp 10.000.000,-
2
Penginapan
Rp 20.000.000,-
3
Keamanan
Rp 10.000.000,-

Total
Rp 40.000.000,-

Total dari seluruhan dana dalam pengajukan proposal kepada Bapak, untuk dapat membantu kami adalah sebesar Rp.100.000,000,- dari setiap seksi-seksi dalam panitia natal IPMMA 2011. Kiranya Bapak dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan natal yang akan di lakukan pada bulan Desember 2011.
PENUTUP
1) Kiranya proposal yang kami ajukan kepada Bapak sebagai pertimbangan dalam membantu kami, dengan memberikan bantuan berupa biaya (Dana) kepada kami dalam rangkah pelaksanaan kegiatan natal Ikatan Pelajar Mahasiswa Manokwari (IPMMA)-Malang.
2) Kami sangat mengharapkan uluran tangan Bapak dalam meringankan serta memperlancar kegiatan natal IPMMA 2011.
Berikut ini kami akan lampirkan susunan panitia natal IPMMA 2011, sebagai bukti bahwa dalam pengajuan proposal kepada Bapak.
Demikian proposal bantuan dana (Biaya) yang kami ajukan kepada Bapak selaku Kepala Daerah Kabupaten Manokwari, untuk dapat membantu kami.
Atas bantuannya, kami ucapan banyak terimah kasih



“ TUHAN YESUS MEMBERKATI ”

Malang, Februari 2011

A.n
BPH IPMMA-Malang Panitia Natal IPMMA 2011
Ketua Ketua Sekertaris


Anwar. Ahoren Yopie. Saiba Dolfinus. Moktis















Lampiran 1
SUSUNAN PANITIA NATAL IKATAN PELAJAR MAHASISWA MANOKWARI
( IPMMA)-MALANG 2011

Ketua : Yopie Saiba


Sekertaris : Dolfinus Moktis


Bendahara : Timo Mandacan

Seksi-seksi




Perlengkapan:
Koordinator : Didimus Baru


Acara :
Koordinator : Robert Inden


Dekorasi :
Koordinator :
Elisa Nubuab


Usaha Dana:
Koordinator:
Ismael Iryo

Komsumsi:
Koordinator : Yubelina Ullo


Dokumentasi
Koordinator : Manfret Horna



Demikian susunan panitia natal Ikatan Pelajar Mahasiswa Manokwari (IPMMA)-Malang 2011.

TUGAS MAKALAH MENEJEMEN LINGKUNGAN “TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI” Oleh: Yopie Saiba Npm:2080613006 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2011 BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Taman Wisata Alam adalah salah satu dari kawasan pelestarian alam, dimana fungsi utamanya dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam. Sebanyak 124 unit lokasi Taman wisata alam (TWA) seluas 1.041.345,21 ha, yang terdiri dari 105 unit lokasi TWA daratan (271.224,51 ha) dan sisanya 19 unit lokasi TWA adalah daratan dengan perairan (770.120,70 ha), (Anonimous 2007). Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari, Papua Barat. adalah salah satu dari beberapa lokasi TWA dataran yang ada Indonesia yang hingga saat ini belum mendapat perhatian yang khusus dalam menangani dan menyikapi kawasan pelestarian tersebut. Bila dilihat, potensi dan manfaatan kawasan ini sangat menjanjikan yang dapat dijadikan aset pemerintah dalam meningkatkan PAD dan sebagai penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora, fauna dan ekosisemnya. Risalah kawasan Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980 dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekontruksi penataan batas kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha. Sebagai kawasan pelestarian TWA Gunung Meja merupakan salah satu hutan dataran rendah di Manokwari yang mempunyai potensi flora dan fauna yang beragam dengan bentuk wilayah yang unik. Karena bentuk wilayah yang unik tersebut terutama struktur geologi dan dengan kepadatan vegetasi hutannya serta letaknya yang dekat dengan kota maka hutan ini disebut juga sebagai hutan Lindung Hidro-orologis (pengatur tata air). Secara geografis hutan TWA gunung Meja terletak antara koordinat 1340 04’ 30” -1340 05’ 32” Bujur Timur dan  00 50’25” - 00’ 55” Lintang Selatan. Formasi geologis di daerah ini mediteran dengan batuan sedimen neogen. Lapisan tanah dangkal dan berbatu di antara batuan kapur keras. Dengan ketinggian tempat mencapai 175 m dpl, kawasan ini memiliki topografi yang bervariasi. Mulai dari datar hingga bergelombang ringan sampai berat, pada beberapa daerah tertentu dijumpai jurang yang terjal dan lereng yang tajam. Klasifikasi Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,3 0C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. 51sebelumnya saya telah katakan bahwa Manokwari adalah daerah tujuan wisata yang baik di tanah Papua. Mengapa demikian? Apa saja yang bisa dijumpai oleh para wisatawan ketika mengunjungi daerah ini? Tentu saja pernyataan saya memiliki alasan yang baik sehingga saya berani mempromosikan Manokwari di website ini. Okay, pada beberapa paragraf berikut, saya akan menjelaskan beberapa daya tarik wisata di Manokwari yang terbagi dalam tiga wilayah utama yakni hutan dan pegunungan, kota dan masyarakatnya, serta pantai dan terumbu karang. Masing-masing wilayah wisata itu akan saya jelaskan sebagai berikut: Potensi Kawasan TWA Gunung Meja Flora Tumbuhan Berkayu (Woody plant):Keragaman flora di kawasan ini cukup beragam mulai dari tumbuhan berkayu hingga tumbuhan tidak berkayu. Pada jenis tumbuhan berkayu terdapat perubahan struktur vegetasi, dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (10-20 cm) yang sangat tinggi. Pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat pada vegetasi tingkat tiang ini umumnya digunakan untuk pembuatan pagar kebun, kerangka bangunan rumah atau pondok dan kayu bakar. Lasamahu (1996), melaporkan pengambilan hasil hutan dari kawasan ini adalah untuk hasil hutan kayu rata-rata sebesar 71,8100 m3 per tahun, sedangkan hasil hutan non kayu beupa bambu 0,0937 m3 per tahun, rotan 0,0421 m3 per tahun, anggrek 27 tumbuhan per tahun. Tumbuhan Non Berkayu (Non Woody plant): Beberapa jenis tumbahan non kayu yang terdapat di kawasan hutan TWA gunung meja berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Penelitian Kehutanan Manokwari diketahuiJenis Bambu : diketahui terdapat 8 jenis di daerah ini, dari ± 32 jenis yang ada di Papua (Widjaya, 1988). Pada jenis anggrek (Dendrobium littorale, D. grastidium, D. bifalce, D. liniale, Grammatophyllum sciptum BL.,dan Pamatocalpa sp., dll). Palem (Caryota rumphiana Mart., Arenga microcarpa Becc.,Orania sp., dll). Dan pada jenis Rotan (Calamus aruensis Becc dan Karthalsia zippeli Burrret) Fauna Avifauna termasuk dalam kelompok satwaliar yang dapat menjadi indikator kondisi suatu habitat. Burung yang ditemukan di kawasan TWA Gunung Meja sekitar tahun 90 an, cukup banyak jenisnya, beberapa jenis yang merupakan satwa burung dilindungi terdapat di kawasan tersebut. Harijadi dan Wajo (1996), melaporkan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja dengan menggunakan metode perjumpaan mendapatkan sedikitnya 39 jenis burung  jumlah yang ditemukan pada tahun tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jenis yang ditemukan oleh Warsito dan Oktovina (2005) sebanyak 25 jenis burung. Penurunan jenis burung di kawasan ini diduga sebagai akibat dari semakin banyaknya kawasan terbuka, perburuan liar, perambahan hutan , pembukaan areal kebun dan lain-lain.     WISATA Goa Dari 19 goa alam yang ditemukan, terdapat 4 goa alam yang berukuran besar. di kawasan TWA Gunung Meja yang sebetulnya sangat potensial untuk obyek wisata. Namun hingga saat ini belum adanya penangganan khusus bagi obyek ini. Goa tersebut menurut masyarakat setempat adalah goa alami yang terjadi dan ada sejak dari dahulu. Oleh sebagian masyarakat, dahulu digunakan sebagai tempat untuk mengambil air minum namun saat ini pengambilan air minum di goa tersebut kurang diminati karena pada sebagian masyarakat telah membuat sumur sendiri dan ada juga yang telah menggunakan layanan PDAM. Sementara itu, berapa goa lainnya telah menjadi sarana bermain anak-anak sehingga beberapa goa tersebut tidak terpelihara dengan baik dan menjadi kotor. Tugu Jepang Tugu Jepang ini merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan tentara Jepang di daerah Manokwari. Namun saat ini Tugu Jepang yang merupakan saksi sejarah telah rusak akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab dan kurangnya perhatian dari instansi terkait terhadap situs-situs sejarah yang ada di daerah ini. Mata Air Sebagai kawasan hidro-orologis bagi masyarakat di kota Manokwari, kawasan TWA Gunung Meja memiliki fungsi yang penting. Tim penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari menemukan sedikitnya terdapat 23 mata air di kawasan ini yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan dan  menjadi alternative dalam mengambil air oleh mayarakat kota Manokwari di kala musim kemarau (Juni- Agustus). Hutan Pendidikan Di bagian Utara, dapat dijumpai beberapa petak tanaman kehutanan yang terpelihara dengan baik, kondisi tersebut sampai saat ini masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan, petak tanaman tersebut merupakan hutan pendidikan yang masih dikelola dan dipelihara dengan baik oleh instansi terkait. Selain petak tersebut, pada bagian Timur telah dibuatkan areal plot monitoring sebagai kawasan penelitian/pendidikan  biodiversitas flora di Gunung Meja. Sebagai maksud dari pembuatan plot, untuk mengetahui keanekaragaman jenis, potensi dan menetapkan kawasan ini sebagai Areal Sumberdaya Genetik (ASDG) penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora dan ekosisemnya. Hutan dan Pegunungan Di kaki Gunung Meja Manokwari ada sebuah penginapan murah. Namanya Penginapan Kagum. Wisatawan asing suka menginap di situ karena disamping nyaman dan terjangkau harganya, penginapan ini dekat dengan lokasi hutan yang ingin mereka kunjungi. Hutan hujan tropis memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat Papua. Hutan adalah lokasi untuk sumber makanan, kayu dan inspirasi seni. Di samping itu hutan berguna untuk menyerap CO2 yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat dunia. Pohon-pohon tinggi di hutan Gunung Meja yang terletak di dekat kota telah lama menjadi rumah bagi burung-burung langka endemik Papua seperti Kakaktua Putih, Kakaktua Raja, Taun-taun. Bermacam-macam anggrek hidup pula di pepohonan yang hijau tersebut. Hutan di daerah pantai masih banyak didiami oleh satwa liar seperti soa-soa, ular, kuskus dan bermacam-macam burung kecil lainnya. Tanaman-tanaman tropis baik yang memiliki khasiat sebagai obat ataupun yang menghasilkan buah-buahan banyak kita jumpai di hutan tersebut. Buah-buah ini merupakan sumber makanan utama bagi berbagai jenis binatang liar yang hidup di dalam hutan tropis Papua. Ketika kita berjalan menyusuri belantara hutan Gunung Meja, terutama di musim hujan, akan mudah sekali kita menjumpai jamur yang memiliki bentuk yang indah dan menawan. Bunga-bunga hutan merupakan penghias alam yang menyediakan nektar bagi kupu-kupu dan burung-burung kecil. Kali-kali kecil yang menuju ke laut adalah tempat hidupnya ikan, kepiting yang bentuknya unik. Perjalanan sepanjang lereng Gunung Meja merupakan sebuah pengalaman yang mengejutkan karena di beberapa tempat, masih nampak sisa-sisa terumbu karang purba yang hidup di daerah itu ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Karena tekanan tektonik lapisan bumi maka tempat yang dulunya adalah dasar laut terangkat jauh dari permukaan laut hingga ratusan meter lalu membentuk Gunung Meja. Oleh karena itu, hutan gunung meja yang kaya akan spesies tumbuhan, serangga maupun hewan tidak hanya menjadi tempat yang ideal bagi pariwisata yang berorientasi lingkungan tetapi juga bagi tujuan-tujuan pendidikan. Ada beberapa tempat di kawasan ini yang memiliki gua alam. Gua-gua tersebut berada di daerah yang terpencil sehingga sangat sedikit sekali orang yang mengetahui tentang keberadaannya. Di dalam sana, kita bisa menjumpai kelelawar-kelelawar kecil, kadal dan serangga kecil. Kota Manokwari dan Masyarakatnya Manokwari memanjang sesuai alur Teluk Dorey - tempat yang dijadikan oleh seorang peneliti alam Alfred Russel Wallace sebagai wilayah penelitian di tahun 1858. Kota yang dulu hanya berupa perkampungan kecil, kini telah berubah menjadi sebuah ibu kota Provinsi dengan perkembangan pembangunan yang pesat sekali. Di sini,  para wisatawan bisa bertemu dengan seniman-seniman yang memiliki talenta yang tinggi. Mereka menenun kain secara manual, membuat ukir-ukiran yang terbuat dari kayu, melukis pemandangan dan beraneka ragam satwa maupun tanaman Papua, serta menyuguhkan tari-tarian bergaya Pasifik yang indah dan menawan. Lagu-lagu tradisional Papua diputar oleh para sopir taksi, stasiun radio FM yang CDnya bisa dibeli di toko-toko kaset atau pasar. Pasar tradisional di Kota Manokwari ada dua buah yakni Pasar Sanggeng dan Pasar Wosi. Di sini wisatawan bisa menikmati bermacam-macam buah yang diproduksi oleh petani-petani lokal. Terkadang binatang-binatang buruan seperti babi hutan, tikus tanah, dan daging rusa dijual oleh penduduk asli. Tempat para nelayan menjual ikan terletak beberapa puluh meter dari pasar induk. Di Malam hari, warung makan di pinggir jalan dan restoran menyediakan bermacam-macam makanan dari yang bergaya Papua hingga yang bercita rasa Jawa, Minahasa maupun Mandarin. Seafood tersedia di hampir semua restoran yang ada di kota ini. Pantai, Pulau dan Terumbu Karang Masyarakat kota Manokwari suka sekali berenang di Pantai Pasir Putih setiap hari Minggu atau hari-hari libur lainnya. Perjalanan ke pantai itu lamanya kurang lebih sepuluh menit dari kota. Di samping pantai pasir putih, ada juga pantai Amban yang menghadap lautan pasifik. Deburan ombak begitu kuat terdengar hingga kawasan hutan gunung meja. Di tengah-tengah Teluk Dorey terdapat tiga buah pulau, Mansinam, Lemon dan Raimuti. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang Eropa mendarat di Pulau Mansinam untuk menyebarkan injil kepada penduduk asli Papua. Untuk menghormati kedua penginjil itu, sebuah monumen salib besar dibangun di sana. Teluk Dorey adalah kawasan penyelaman terumbu karang dan bangkai kapal yang sangat terkenal di Indonesia bahkan di dunia. Beberapa bangkai kapal besar dan kecil berbaring di dasar laut sekitar Pulau Mansinam dan Pulau Lemon serta Pantai Pasir Putih. Daftar pustaka Harijadi Bambang Tj dan M. J. Wajo, 1996. IdentifikasiJenis Burung Pada Kawasan TWA Gunung Meja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Lasamahu, L. 1996. Survei Pengambilan Hasil Hutan dan Jenis Penggunaannya pada Hutan Wisata Gunung Meja. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari (tidak diterbitkan). Potensi Biofisik Kawasan Hutan TWA Gunung Meja  Manokwari. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari 2006. Warsito dan Oktovina Eryanan .2006. Prosiding. Ekspose Hasil-hasil Penelitian dan PameranIPTEK, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari, 18-19 April 2006. Anonim. 2004. Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. NRM. Manokwari.  Anonim. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TWA Gunung Meja Tahun 2009-2024, Balai Besar KSDA Papua Barat. Sorong.  Leppe D dan Tokede MJ. 2008. Potensi Biofisik Taman Wisata Alam Gunung Meja. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari. TUGAS MAKALAH MENEJEMEN LINGKUNGAN “TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI” Oleh: Yopie Saiba Npm:2080613006 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2011 BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Taman Wisata Alam adalah salah satu dari kawasan pelestarian alam, dimana fungsi utamanya dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam. Sebanyak 124 unit lokasi Taman wisata alam (TWA) seluas 1.041.345,21 ha, yang terdiri dari 105 unit lokasi TWA daratan (271.224,51 ha) dan sisanya 19 unit lokasi TWA adalah daratan dengan perairan (770.120,70 ha), (Anonimous 2007). Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari, Papua Barat. adalah salah satu dari beberapa lokasi TWA dataran yang ada Indonesia yang hingga saat ini belum mendapat perhatian yang khusus dalam menangani dan menyikapi kawasan pelestarian tersebut. Bila dilihat, potensi dan manfaatan kawasan ini sangat menjanjikan yang dapat dijadikan aset pemerintah dalam meningkatkan PAD dan sebagai penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora, fauna dan ekosisemnya. Risalah kawasan Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980 dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekontruksi penataan batas kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha. Sebagai kawasan pelestarian TWA Gunung Meja merupakan salah satu hutan dataran rendah di Manokwari yang mempunyai potensi flora dan fauna yang beragam dengan bentuk wilayah yang unik. Karena bentuk wilayah yang unik tersebut terutama struktur geologi dan dengan kepadatan vegetasi hutannya serta letaknya yang dekat dengan kota maka hutan ini disebut juga sebagai hutan Lindung Hidro-orologis (pengatur tata air). Secara geografis hutan TWA gunung Meja terletak antara koordinat 1340 04’ 30” -1340 05’ 32” Bujur Timur dan  00 50’25” - 00’ 55” Lintang Selatan. Formasi geologis di daerah ini mediteran dengan batuan sedimen neogen. Lapisan tanah dangkal dan berbatu di antara batuan kapur keras. Dengan ketinggian tempat mencapai 175 m dpl, kawasan ini memiliki topografi yang bervariasi. Mulai dari datar hingga bergelombang ringan sampai berat, pada beberapa daerah tertentu dijumpai jurang yang terjal dan lereng yang tajam. Klasifikasi Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,3 0C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. 51sebelumnya saya telah katakan bahwa Manokwari adalah daerah tujuan wisata yang baik di tanah Papua. Mengapa demikian? Apa saja yang bisa dijumpai oleh para wisatawan ketika mengunjungi daerah ini? Tentu saja pernyataan saya memiliki alasan yang baik sehingga saya berani mempromosikan Manokwari di website ini. Okay, pada beberapa paragraf berikut, saya akan menjelaskan beberapa daya tarik wisata di Manokwari yang terbagi dalam tiga wilayah utama yakni hutan dan pegunungan, kota dan masyarakatnya, serta pantai dan terumbu karang. Masing-masing wilayah wisata itu akan saya jelaskan sebagai berikut: Potensi Kawasan TWA Gunung Meja Flora Tumbuhan Berkayu (Woody plant):Keragaman flora di kawasan ini cukup beragam mulai dari tumbuhan berkayu hingga tumbuhan tidak berkayu. Pada jenis tumbuhan berkayu terdapat perubahan struktur vegetasi, dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (10-20 cm) yang sangat tinggi. Pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat pada vegetasi tingkat tiang ini umumnya digunakan untuk pembuatan pagar kebun, kerangka bangunan rumah atau pondok dan kayu bakar. Lasamahu (1996), melaporkan pengambilan hasil hutan dari kawasan ini adalah untuk hasil hutan kayu rata-rata sebesar 71,8100 m3 per tahun, sedangkan hasil hutan non kayu beupa bambu 0,0937 m3 per tahun, rotan 0,0421 m3 per tahun, anggrek 27 tumbuhan per tahun. Tumbuhan Non Berkayu (Non Woody plant): Beberapa jenis tumbahan non kayu yang terdapat di kawasan hutan TWA gunung meja berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Penelitian Kehutanan Manokwari diketahuiJenis Bambu : diketahui terdapat 8 jenis di daerah ini, dari ± 32 jenis yang ada di Papua (Widjaya, 1988). Pada jenis anggrek (Dendrobium littorale, D. grastidium, D. bifalce, D. liniale, Grammatophyllum sciptum BL.,dan Pamatocalpa sp., dll). Palem (Caryota rumphiana Mart., Arenga microcarpa Becc.,Orania sp., dll). Dan pada jenis Rotan (Calamus aruensis Becc dan Karthalsia zippeli Burrret) Fauna Avifauna termasuk dalam kelompok satwaliar yang dapat menjadi indikator kondisi suatu habitat. Burung yang ditemukan di kawasan TWA Gunung Meja sekitar tahun 90 an, cukup banyak jenisnya, beberapa jenis yang merupakan satwa burung dilindungi terdapat di kawasan tersebut. Harijadi dan Wajo (1996), melaporkan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja dengan menggunakan metode perjumpaan mendapatkan sedikitnya 39 jenis burung  jumlah yang ditemukan pada tahun tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jenis yang ditemukan oleh Warsito dan Oktovina (2005) sebanyak 25 jenis burung. Penurunan jenis burung di kawasan ini diduga sebagai akibat dari semakin banyaknya kawasan terbuka, perburuan liar, perambahan hutan , pembukaan areal kebun dan lain-lain.     WISATA Goa Dari 19 goa alam yang ditemukan, terdapat 4 goa alam yang berukuran besar. di kawasan TWA Gunung Meja yang sebetulnya sangat potensial untuk obyek wisata. Namun hingga saat ini belum adanya penangganan khusus bagi obyek ini. Goa tersebut menurut masyarakat setempat adalah goa alami yang terjadi dan ada sejak dari dahulu. Oleh sebagian masyarakat, dahulu digunakan sebagai tempat untuk mengambil air minum namun saat ini pengambilan air minum di goa tersebut kurang diminati karena pada sebagian masyarakat telah membuat sumur sendiri dan ada juga yang telah menggunakan layanan PDAM. Sementara itu, berapa goa lainnya telah menjadi sarana bermain anak-anak sehingga beberapa goa tersebut tidak terpelihara dengan baik dan menjadi kotor. Tugu Jepang Tugu Jepang ini merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan tentara Jepang di daerah Manokwari. Namun saat ini Tugu Jepang yang merupakan saksi sejarah telah rusak akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab dan kurangnya perhatian dari instansi terkait terhadap situs-situs sejarah yang ada di daerah ini. Mata Air Sebagai kawasan hidro-orologis bagi masyarakat di kota Manokwari, kawasan TWA Gunung Meja memiliki fungsi yang penting. Tim penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari menemukan sedikitnya terdapat 23 mata air di kawasan ini yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan dan  menjadi alternative dalam mengambil air oleh mayarakat kota Manokwari di kala musim kemarau (Juni- Agustus). Hutan Pendidikan Di bagian Utara, dapat dijumpai beberapa petak tanaman kehutanan yang terpelihara dengan baik, kondisi tersebut sampai saat ini masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan, petak tanaman tersebut merupakan hutan pendidikan yang masih dikelola dan dipelihara dengan baik oleh instansi terkait. Selain petak tersebut, pada bagian Timur telah dibuatkan areal plot monitoring sebagai kawasan penelitian/pendidikan  biodiversitas flora di Gunung Meja. Sebagai maksud dari pembuatan plot, untuk mengetahui keanekaragaman jenis, potensi dan menetapkan kawasan ini sebagai Areal Sumberdaya Genetik (ASDG) penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora dan ekosisemnya. Hutan dan Pegunungan Di kaki Gunung Meja Manokwari ada sebuah penginapan murah. Namanya Penginapan Kagum. Wisatawan asing suka menginap di situ karena disamping nyaman dan terjangkau harganya, penginapan ini dekat dengan lokasi hutan yang ingin mereka kunjungi. Hutan hujan tropis memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat Papua. Hutan adalah lokasi untuk sumber makanan, kayu dan inspirasi seni. Di samping itu hutan berguna untuk menyerap CO2 yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat dunia. Pohon-pohon tinggi di hutan Gunung Meja yang terletak di dekat kota telah lama menjadi rumah bagi burung-burung langka endemik Papua seperti Kakaktua Putih, Kakaktua Raja, Taun-taun. Bermacam-macam anggrek hidup pula di pepohonan yang hijau tersebut. Hutan di daerah pantai masih banyak didiami oleh satwa liar seperti soa-soa, ular, kuskus dan bermacam-macam burung kecil lainnya. Tanaman-tanaman tropis baik yang memiliki khasiat sebagai obat ataupun yang menghasilkan buah-buahan banyak kita jumpai di hutan tersebut. Buah-buah ini merupakan sumber makanan utama bagi berbagai jenis binatang liar yang hidup di dalam hutan tropis Papua. Ketika kita berjalan menyusuri belantara hutan Gunung Meja, terutama di musim hujan, akan mudah sekali kita menjumpai jamur yang memiliki bentuk yang indah dan menawan. Bunga-bunga hutan merupakan penghias alam yang menyediakan nektar bagi kupu-kupu dan burung-burung kecil. Kali-kali kecil yang menuju ke laut adalah tempat hidupnya ikan, kepiting yang bentuknya unik. Perjalanan sepanjang lereng Gunung Meja merupakan sebuah pengalaman yang mengejutkan karena di beberapa tempat, masih nampak sisa-sisa terumbu karang purba yang hidup di daerah itu ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Karena tekanan tektonik lapisan bumi maka tempat yang dulunya adalah dasar laut terangkat jauh dari permukaan laut hingga ratusan meter lalu membentuk Gunung Meja. Oleh karena itu, hutan gunung meja yang kaya akan spesies tumbuhan, serangga maupun hewan tidak hanya menjadi tempat yang ideal bagi pariwisata yang berorientasi lingkungan tetapi juga bagi tujuan-tujuan pendidikan. Ada beberapa tempat di kawasan ini yang memiliki gua alam. Gua-gua tersebut berada di daerah yang terpencil sehingga sangat sedikit sekali orang yang mengetahui tentang keberadaannya. Di dalam sana, kita bisa menjumpai kelelawar-kelelawar kecil, kadal dan serangga kecil. Kota Manokwari dan Masyarakatnya Manokwari memanjang sesuai alur Teluk Dorey - tempat yang dijadikan oleh seorang peneliti alam Alfred Russel Wallace sebagai wilayah penelitian di tahun 1858. Kota yang dulu hanya berupa perkampungan kecil, kini telah berubah menjadi sebuah ibu kota Provinsi dengan perkembangan pembangunan yang pesat sekali. Di sini,  para wisatawan bisa bertemu dengan seniman-seniman yang memiliki talenta yang tinggi. Mereka menenun kain secara manual, membuat ukir-ukiran yang terbuat dari kayu, melukis pemandangan dan beraneka ragam satwa maupun tanaman Papua, serta menyuguhkan tari-tarian bergaya Pasifik yang indah dan menawan. Lagu-lagu tradisional Papua diputar oleh para sopir taksi, stasiun radio FM yang CDnya bisa dibeli di toko-toko kaset atau pasar. Pasar tradisional di Kota Manokwari ada dua buah yakni Pasar Sanggeng dan Pasar Wosi. Di sini wisatawan bisa menikmati bermacam-macam buah yang diproduksi oleh petani-petani lokal. Terkadang binatang-binatang buruan seperti babi hutan, tikus tanah, dan daging rusa dijual oleh penduduk asli. Tempat para nelayan menjual ikan terletak beberapa puluh meter dari pasar induk. Di Malam hari, warung makan di pinggir jalan dan restoran menyediakan bermacam-macam makanan dari yang bergaya Papua hingga yang bercita rasa Jawa, Minahasa maupun Mandarin. Seafood tersedia di hampir semua restoran yang ada di kota ini. Pantai, Pulau dan Terumbu Karang Masyarakat kota Manokwari suka sekali berenang di Pantai Pasir Putih setiap hari Minggu atau hari-hari libur lainnya. Perjalanan ke pantai itu lamanya kurang lebih sepuluh menit dari kota. Di samping pantai pasir putih, ada juga pantai Amban yang menghadap lautan pasifik. Deburan ombak begitu kuat terdengar hingga kawasan hutan gunung meja. Di tengah-tengah Teluk Dorey terdapat tiga buah pulau, Mansinam, Lemon dan Raimuti. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang Eropa mendarat di Pulau Mansinam untuk menyebarkan injil kepada penduduk asli Papua. Untuk menghormati kedua penginjil itu, sebuah monumen salib besar dibangun di sana. Teluk Dorey adalah kawasan penyelaman terumbu karang dan bangkai kapal yang sangat terkenal di Indonesia bahkan di dunia. Beberapa bangkai kapal besar dan kecil berbaring di dasar laut sekitar Pulau Mansinam dan Pulau Lemon serta Pantai Pasir Putih. Daftar pustaka Harijadi Bambang Tj dan M. J. Wajo, 1996. IdentifikasiJenis Burung Pada Kawasan TWA Gunung Meja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Lasamahu, L. 1996. Survei Pengambilan Hasil Hutan dan Jenis Penggunaannya pada Hutan Wisata Gunung Meja. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari (tidak diterbitkan). Potensi Biofisik Kawasan Hutan TWA Gunung Meja  Manokwari. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari 2006. Warsito dan Oktovina Eryanan .2006. Prosiding. Ekspose Hasil-hasil Penelitian dan PameranIPTEK, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari, 18-19 April 2006. Anonim. 2004. Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. NRM. Manokwari.  Anonim. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TWA Gunung Meja Tahun 2009-2024, Balai Besar KSDA Papua Barat. Sorong.  Leppe D dan Tokede MJ. 2008. Potensi Biofisik Taman Wisata Alam Gunung Meja. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari.


IKATAN PELAJAR MAHASISWA MANOKWARI (IPMMA)-
MALANG JAWA TIMUR
TAHUN 2011
Sekretarit : jln. MT. haryono. Gg.XIX.dinoyo Permai Kav. 1c


No : 02/BPH-IPMMA/ MLG/I/2011 Kepada
Lampiran : 2 (Dua) lembar Yth, bapak…………
Perihal : Bantuan Dana Natal Di –
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan perihal tersebut diatas, maka dengan ini kami mahasiswa/I asal Kabupaten Manokwari di kota study Malang, sesuai dengan surat keputusan No.02/SK-PANITIA NATAL IPMMA/MLG/I/2011 BPH-IPMMA yang telah membentuk panitia natal keluarga besar Manokwari Se-Jawa Bali, disertai beberapa kegiatan sebagai beriku:
  1. Temu akrap antara pemerintah daerah dan mahasiswa/I sejawa bali
  2. Temu akrab dari mahasiswa kota study malang dengan kota studiy lain.
  3. Natal Keluarga Besar IPMMA
Dengan kegiatan yang kami cantumkan diatas maka kami minta bantuan dari bapak agar menunjang kegiatan tersebut diatas. Dengan perincian sebagai berikut:
Total keseluruhan sumber dana yang di butuhkan sebesar Rp. 100.000.000,-
Demikian atas bantuan dari bapak kiranya kami tak lupa ucapkan banyak terima kasih.

Malang 24 Januari 2011

A.n
BPH IPMMA Panitia Natal IPMMA 2011
KETUA Ketua Panitia



Anwar Ahoren Yopie Saiba



Tembusan yth :
  1. Bapak Bupati Kab. Manokwari di Manokwari
  2. Bapak Ketua DPRD Kab.Manokwari, di Manokwari
  3. Arsip

TUGAS MAKALAH MENEJEMEN LINGKUNGAN “TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI” Oleh: Yopie Saiba Npm:2080613006 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2011 BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Taman Wisata Alam adalah salah satu dari kawasan pelestarian alam, dimana fungsi utamanya dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam. Sebanyak 124 unit lokasi Taman wisata alam (TWA) seluas 1.041.345,21 ha, yang terdiri dari 105 unit lokasi TWA daratan (271.224,51 ha) dan sisanya 19 unit lokasi TWA adalah daratan dengan perairan (770.120,70 ha), (Anonimous 2007). Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari, Papua Barat. adalah salah satu dari beberapa lokasi TWA dataran yang ada Indonesia yang hingga saat ini belum mendapat perhatian yang khusus dalam menangani dan menyikapi kawasan pelestarian tersebut. Bila dilihat, potensi dan manfaatan kawasan ini sangat menjanjikan yang dapat dijadikan aset pemerintah dalam meningkatkan PAD dan sebagai penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora, fauna dan ekosisemnya. Risalah kawasan Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980 dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekontruksi penataan batas kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha. Sebagai kawasan pelestarian TWA Gunung Meja merupakan salah satu hutan dataran rendah di Manokwari yang mempunyai potensi flora dan fauna yang beragam dengan bentuk wilayah yang unik. Karena bentuk wilayah yang unik tersebut terutama struktur geologi dan dengan kepadatan vegetasi hutannya serta letaknya yang dekat dengan kota maka hutan ini disebut juga sebagai hutan Lindung Hidro-orologis (pengatur tata air). Secara geografis hutan TWA gunung Meja terletak antara koordinat 1340 04’ 30” -1340 05’ 32” Bujur Timur dan  00 50’25” - 00’ 55” Lintang Selatan. Formasi geologis di daerah ini mediteran dengan batuan sedimen neogen. Lapisan tanah dangkal dan berbatu di antara batuan kapur keras. Dengan ketinggian tempat mencapai 175 m dpl, kawasan ini memiliki topografi yang bervariasi. Mulai dari datar hingga bergelombang ringan sampai berat, pada beberapa daerah tertentu dijumpai jurang yang terjal dan lereng yang tajam. Klasifikasi Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,3 0C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. 51sebelumnya saya telah katakan bahwa Manokwari adalah daerah tujuan wisata yang baik di tanah Papua. Mengapa demikian? Apa saja yang bisa dijumpai oleh para wisatawan ketika mengunjungi daerah ini? Tentu saja pernyataan saya memiliki alasan yang baik sehingga saya berani mempromosikan Manokwari di website ini. Okay, pada beberapa paragraf berikut, saya akan menjelaskan beberapa daya tarik wisata di Manokwari yang terbagi dalam tiga wilayah utama yakni hutan dan pegunungan, kota dan masyarakatnya, serta pantai dan terumbu karang. Masing-masing wilayah wisata itu akan saya jelaskan sebagai berikut: Potensi Kawasan TWA Gunung Meja Flora Tumbuhan Berkayu (Woody plant):Keragaman flora di kawasan ini cukup beragam mulai dari tumbuhan berkayu hingga tumbuhan tidak berkayu. Pada jenis tumbuhan berkayu terdapat perubahan struktur vegetasi, dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (10-20 cm) yang sangat tinggi. Pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat pada vegetasi tingkat tiang ini umumnya digunakan untuk pembuatan pagar kebun, kerangka bangunan rumah atau pondok dan kayu bakar. Lasamahu (1996), melaporkan pengambilan hasil hutan dari kawasan ini adalah untuk hasil hutan kayu rata-rata sebesar 71,8100 m3 per tahun, sedangkan hasil hutan non kayu beupa bambu 0,0937 m3 per tahun, rotan 0,0421 m3 per tahun, anggrek 27 tumbuhan per tahun. Tumbuhan Non Berkayu (Non Woody plant): Beberapa jenis tumbahan non kayu yang terdapat di kawasan hutan TWA gunung meja berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Penelitian Kehutanan Manokwari diketahuiJenis Bambu : diketahui terdapat 8 jenis di daerah ini, dari ± 32 jenis yang ada di Papua (Widjaya, 1988). Pada jenis anggrek (Dendrobium littorale, D. grastidium, D. bifalce, D. liniale, Grammatophyllum sciptum BL.,dan Pamatocalpa sp., dll). Palem (Caryota rumphiana Mart., Arenga microcarpa Becc.,Orania sp., dll). Dan pada jenis Rotan (Calamus aruensis Becc dan Karthalsia zippeli Burrret) Fauna Avifauna termasuk dalam kelompok satwaliar yang dapat menjadi indikator kondisi suatu habitat. Burung yang ditemukan di kawasan TWA Gunung Meja sekitar tahun 90 an, cukup banyak jenisnya, beberapa jenis yang merupakan satwa burung dilindungi terdapat di kawasan tersebut. Harijadi dan Wajo (1996), melaporkan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja dengan menggunakan metode perjumpaan mendapatkan sedikitnya 39 jenis burung  jumlah yang ditemukan pada tahun tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jenis yang ditemukan oleh Warsito dan Oktovina (2005) sebanyak 25 jenis burung. Penurunan jenis burung di kawasan ini diduga sebagai akibat dari semakin banyaknya kawasan terbuka, perburuan liar, perambahan hutan , pembukaan areal kebun dan lain-lain.     WISATA Goa Dari 19 goa alam yang ditemukan, terdapat 4 goa alam yang berukuran besar. di kawasan TWA Gunung Meja yang sebetulnya sangat potensial untuk obyek wisata. Namun hingga saat ini belum adanya penangganan khusus bagi obyek ini. Goa tersebut menurut masyarakat setempat adalah goa alami yang terjadi dan ada sejak dari dahulu. Oleh sebagian masyarakat, dahulu digunakan sebagai tempat untuk mengambil air minum namun saat ini pengambilan air minum di goa tersebut kurang diminati karena pada sebagian masyarakat telah membuat sumur sendiri dan ada juga yang telah menggunakan layanan PDAM. Sementara itu, berapa goa lainnya telah menjadi sarana bermain anak-anak sehingga beberapa goa tersebut tidak terpelihara dengan baik dan menjadi kotor. Tugu Jepang Tugu Jepang ini merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan tentara Jepang di daerah Manokwari. Namun saat ini Tugu Jepang yang merupakan saksi sejarah telah rusak akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab dan kurangnya perhatian dari instansi terkait terhadap situs-situs sejarah yang ada di daerah ini. Mata Air Sebagai kawasan hidro-orologis bagi masyarakat di kota Manokwari, kawasan TWA Gunung Meja memiliki fungsi yang penting. Tim penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari menemukan sedikitnya terdapat 23 mata air di kawasan ini yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan dan  menjadi alternative dalam mengambil air oleh mayarakat kota Manokwari di kala musim kemarau (Juni- Agustus). Hutan Pendidikan Di bagian Utara, dapat dijumpai beberapa petak tanaman kehutanan yang terpelihara dengan baik, kondisi tersebut sampai saat ini masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan, petak tanaman tersebut merupakan hutan pendidikan yang masih dikelola dan dipelihara dengan baik oleh instansi terkait. Selain petak tersebut, pada bagian Timur telah dibuatkan areal plot monitoring sebagai kawasan penelitian/pendidikan  biodiversitas flora di Gunung Meja. Sebagai maksud dari pembuatan plot, untuk mengetahui keanekaragaman jenis, potensi dan menetapkan kawasan ini sebagai Areal Sumberdaya Genetik (ASDG) penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora dan ekosisemnya. Hutan dan Pegunungan Di kaki Gunung Meja Manokwari ada sebuah penginapan murah. Namanya Penginapan Kagum. Wisatawan asing suka menginap di situ karena disamping nyaman dan terjangkau harganya, penginapan ini dekat dengan lokasi hutan yang ingin mereka kunjungi. Hutan hujan tropis memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat Papua. Hutan adalah lokasi untuk sumber makanan, kayu dan inspirasi seni. Di samping itu hutan berguna untuk menyerap CO2 yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat dunia. Pohon-pohon tinggi di hutan Gunung Meja yang terletak di dekat kota telah lama menjadi rumah bagi burung-burung langka endemik Papua seperti Kakaktua Putih, Kakaktua Raja, Taun-taun. Bermacam-macam anggrek hidup pula di pepohonan yang hijau tersebut. Hutan di daerah pantai masih banyak didiami oleh satwa liar seperti soa-soa, ular, kuskus dan bermacam-macam burung kecil lainnya. Tanaman-tanaman tropis baik yang memiliki khasiat sebagai obat ataupun yang menghasilkan buah-buahan banyak kita jumpai di hutan tersebut. Buah-buah ini merupakan sumber makanan utama bagi berbagai jenis binatang liar yang hidup di dalam hutan tropis Papua. Ketika kita berjalan menyusuri belantara hutan Gunung Meja, terutama di musim hujan, akan mudah sekali kita menjumpai jamur yang memiliki bentuk yang indah dan menawan. Bunga-bunga hutan merupakan penghias alam yang menyediakan nektar bagi kupu-kupu dan burung-burung kecil. Kali-kali kecil yang menuju ke laut adalah tempat hidupnya ikan, kepiting yang bentuknya unik. Perjalanan sepanjang lereng Gunung Meja merupakan sebuah pengalaman yang mengejutkan karena di beberapa tempat, masih nampak sisa-sisa terumbu karang purba yang hidup di daerah itu ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Karena tekanan tektonik lapisan bumi maka tempat yang dulunya adalah dasar laut terangkat jauh dari permukaan laut hingga ratusan meter lalu membentuk Gunung Meja. Oleh karena itu, hutan gunung meja yang kaya akan spesies tumbuhan, serangga maupun hewan tidak hanya menjadi tempat yang ideal bagi pariwisata yang berorientasi lingkungan tetapi juga bagi tujuan-tujuan pendidikan. Ada beberapa tempat di kawasan ini yang memiliki gua alam. Gua-gua tersebut berada di daerah yang terpencil sehingga sangat sedikit sekali orang yang mengetahui tentang keberadaannya. Di dalam sana, kita bisa menjumpai kelelawar-kelelawar kecil, kadal dan serangga kecil. Kota Manokwari dan Masyarakatnya Manokwari memanjang sesuai alur Teluk Dorey - tempat yang dijadikan oleh seorang peneliti alam Alfred Russel Wallace sebagai wilayah penelitian di tahun 1858. Kota yang dulu hanya berupa perkampungan kecil, kini telah berubah menjadi sebuah ibu kota Provinsi dengan perkembangan pembangunan yang pesat sekali. Di sini,  para wisatawan bisa bertemu dengan seniman-seniman yang memiliki talenta yang tinggi. Mereka menenun kain secara manual, membuat ukir-ukiran yang terbuat dari kayu, melukis pemandangan dan beraneka ragam satwa maupun tanaman Papua, serta menyuguhkan tari-tarian bergaya Pasifik yang indah dan menawan. Lagu-lagu tradisional Papua diputar oleh para sopir taksi, stasiun radio FM yang CDnya bisa dibeli di toko-toko kaset atau pasar. Pasar tradisional di Kota Manokwari ada dua buah yakni Pasar Sanggeng dan Pasar Wosi. Di sini wisatawan bisa menikmati bermacam-macam buah yang diproduksi oleh petani-petani lokal. Terkadang binatang-binatang buruan seperti babi hutan, tikus tanah, dan daging rusa dijual oleh penduduk asli. Tempat para nelayan menjual ikan terletak beberapa puluh meter dari pasar induk. Di Malam hari, warung makan di pinggir jalan dan restoran menyediakan bermacam-macam makanan dari yang bergaya Papua hingga yang bercita rasa Jawa, Minahasa maupun Mandarin. Seafood tersedia di hampir semua restoran yang ada di kota ini. Pantai, Pulau dan Terumbu Karang Masyarakat kota Manokwari suka sekali berenang di Pantai Pasir Putih setiap hari Minggu atau hari-hari libur lainnya. Perjalanan ke pantai itu lamanya kurang lebih sepuluh menit dari kota. Di samping pantai pasir putih, ada juga pantai Amban yang menghadap lautan pasifik. Deburan ombak begitu kuat terdengar hingga kawasan hutan gunung meja. Di tengah-tengah Teluk Dorey terdapat tiga buah pulau, Mansinam, Lemon dan Raimuti. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang Eropa mendarat di Pulau Mansinam untuk menyebarkan injil kepada penduduk asli Papua. Untuk menghormati kedua penginjil itu, sebuah monumen salib besar dibangun di sana. Teluk Dorey adalah kawasan penyelaman terumbu karang dan bangkai kapal yang sangat terkenal di Indonesia bahkan di dunia. Beberapa bangkai kapal besar dan kecil berbaring di dasar laut sekitar Pulau Mansinam dan Pulau Lemon serta Pantai Pasir Putih. Daftar pustaka Harijadi Bambang Tj dan M. J. Wajo, 1996. IdentifikasiJenis Burung Pada Kawasan TWA Gunung Meja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Lasamahu, L. 1996. Survei Pengambilan Hasil Hutan dan Jenis Penggunaannya pada Hutan Wisata Gunung Meja. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari (tidak diterbitkan). Potensi Biofisik Kawasan Hutan TWA Gunung Meja  Manokwari. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari 2006. Warsito dan Oktovina Eryanan .2006. Prosiding. Ekspose Hasil-hasil Penelitian dan PameranIPTEK, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari, 18-19 April 2006. Anonim. 2004. Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. NRM. Manokwari.  Anonim. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TWA Gunung Meja Tahun 2009-2024, Balai Besar KSDA Papua Barat. Sorong.  Leppe D dan Tokede MJ. 2008. Potensi Biofisik Taman Wisata Alam Gunung Meja. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari. TUGAS MAKALAH MENEJEMEN LINGKUNGAN “TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI” Oleh: Yopie Saiba Npm:2080613006 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2011 BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Taman Wisata Alam adalah salah satu dari kawasan pelestarian alam, dimana fungsi utamanya dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam. Sebanyak 124 unit lokasi Taman wisata alam (TWA) seluas 1.041.345,21 ha, yang terdiri dari 105 unit lokasi TWA daratan (271.224,51 ha) dan sisanya 19 unit lokasi TWA adalah daratan dengan perairan (770.120,70 ha), (Anonimous 2007). Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari, Papua Barat. adalah salah satu dari beberapa lokasi TWA dataran yang ada Indonesia yang hingga saat ini belum mendapat perhatian yang khusus dalam menangani dan menyikapi kawasan pelestarian tersebut. Bila dilihat, potensi dan manfaatan kawasan ini sangat menjanjikan yang dapat dijadikan aset pemerintah dalam meningkatkan PAD dan sebagai penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora, fauna dan ekosisemnya. Risalah kawasan Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980 dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekontruksi penataan batas kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha. Sebagai kawasan pelestarian TWA Gunung Meja merupakan salah satu hutan dataran rendah di Manokwari yang mempunyai potensi flora dan fauna yang beragam dengan bentuk wilayah yang unik. Karena bentuk wilayah yang unik tersebut terutama struktur geologi dan dengan kepadatan vegetasi hutannya serta letaknya yang dekat dengan kota maka hutan ini disebut juga sebagai hutan Lindung Hidro-orologis (pengatur tata air). Secara geografis hutan TWA gunung Meja terletak antara koordinat 1340 04’ 30” -1340 05’ 32” Bujur Timur dan  00 50’25” - 00’ 55” Lintang Selatan. Formasi geologis di daerah ini mediteran dengan batuan sedimen neogen. Lapisan tanah dangkal dan berbatu di antara batuan kapur keras. Dengan ketinggian tempat mencapai 175 m dpl, kawasan ini memiliki topografi yang bervariasi. Mulai dari datar hingga bergelombang ringan sampai berat, pada beberapa daerah tertentu dijumpai jurang yang terjal dan lereng yang tajam. Klasifikasi Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,3 0C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. 51sebelumnya saya telah katakan bahwa Manokwari adalah daerah tujuan wisata yang baik di tanah Papua. Mengapa demikian? Apa saja yang bisa dijumpai oleh para wisatawan ketika mengunjungi daerah ini? Tentu saja pernyataan saya memiliki alasan yang baik sehingga saya berani mempromosikan Manokwari di website ini. Okay, pada beberapa paragraf berikut, saya akan menjelaskan beberapa daya tarik wisata di Manokwari yang terbagi dalam tiga wilayah utama yakni hutan dan pegunungan, kota dan masyarakatnya, serta pantai dan terumbu karang. Masing-masing wilayah wisata itu akan saya jelaskan sebagai berikut: Potensi Kawasan TWA Gunung Meja Flora Tumbuhan Berkayu (Woody plant):Keragaman flora di kawasan ini cukup beragam mulai dari tumbuhan berkayu hingga tumbuhan tidak berkayu. Pada jenis tumbuhan berkayu terdapat perubahan struktur vegetasi, dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (10-20 cm) yang sangat tinggi. Pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat pada vegetasi tingkat tiang ini umumnya digunakan untuk pembuatan pagar kebun, kerangka bangunan rumah atau pondok dan kayu bakar. Lasamahu (1996), melaporkan pengambilan hasil hutan dari kawasan ini adalah untuk hasil hutan kayu rata-rata sebesar 71,8100 m3 per tahun, sedangkan hasil hutan non kayu beupa bambu 0,0937 m3 per tahun, rotan 0,0421 m3 per tahun, anggrek 27 tumbuhan per tahun. Tumbuhan Non Berkayu (Non Woody plant): Beberapa jenis tumbahan non kayu yang terdapat di kawasan hutan TWA gunung meja berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Penelitian Kehutanan Manokwari diketahuiJenis Bambu : diketahui terdapat 8 jenis di daerah ini, dari ± 32 jenis yang ada di Papua (Widjaya, 1988). Pada jenis anggrek (Dendrobium littorale, D. grastidium, D. bifalce, D. liniale, Grammatophyllum sciptum BL.,dan Pamatocalpa sp., dll). Palem (Caryota rumphiana Mart., Arenga microcarpa Becc.,Orania sp., dll). Dan pada jenis Rotan (Calamus aruensis Becc dan Karthalsia zippeli Burrret) Fauna Avifauna termasuk dalam kelompok satwaliar yang dapat menjadi indikator kondisi suatu habitat. Burung yang ditemukan di kawasan TWA Gunung Meja sekitar tahun 90 an, cukup banyak jenisnya, beberapa jenis yang merupakan satwa burung dilindungi terdapat di kawasan tersebut. Harijadi dan Wajo (1996), melaporkan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja dengan menggunakan metode perjumpaan mendapatkan sedikitnya 39 jenis burung  jumlah yang ditemukan pada tahun tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jenis yang ditemukan oleh Warsito dan Oktovina (2005) sebanyak 25 jenis burung. Penurunan jenis burung di kawasan ini diduga sebagai akibat dari semakin banyaknya kawasan terbuka, perburuan liar, perambahan hutan , pembukaan areal kebun dan lain-lain.     WISATA Goa Dari 19 goa alam yang ditemukan, terdapat 4 goa alam yang berukuran besar. di kawasan TWA Gunung Meja yang sebetulnya sangat potensial untuk obyek wisata. Namun hingga saat ini belum adanya penangganan khusus bagi obyek ini. Goa tersebut menurut masyarakat setempat adalah goa alami yang terjadi dan ada sejak dari dahulu. Oleh sebagian masyarakat, dahulu digunakan sebagai tempat untuk mengambil air minum namun saat ini pengambilan air minum di goa tersebut kurang diminati karena pada sebagian masyarakat telah membuat sumur sendiri dan ada juga yang telah menggunakan layanan PDAM. Sementara itu, berapa goa lainnya telah menjadi sarana bermain anak-anak sehingga beberapa goa tersebut tidak terpelihara dengan baik dan menjadi kotor. Tugu Jepang Tugu Jepang ini merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan tentara Jepang di daerah Manokwari. Namun saat ini Tugu Jepang yang merupakan saksi sejarah telah rusak akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab dan kurangnya perhatian dari instansi terkait terhadap situs-situs sejarah yang ada di daerah ini. Mata Air Sebagai kawasan hidro-orologis bagi masyarakat di kota Manokwari, kawasan TWA Gunung Meja memiliki fungsi yang penting. Tim penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari menemukan sedikitnya terdapat 23 mata air di kawasan ini yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan dan  menjadi alternative dalam mengambil air oleh mayarakat kota Manokwari di kala musim kemarau (Juni- Agustus). Hutan Pendidikan Di bagian Utara, dapat dijumpai beberapa petak tanaman kehutanan yang terpelihara dengan baik, kondisi tersebut sampai saat ini masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan, petak tanaman tersebut merupakan hutan pendidikan yang masih dikelola dan dipelihara dengan baik oleh instansi terkait. Selain petak tersebut, pada bagian Timur telah dibuatkan areal plot monitoring sebagai kawasan penelitian/pendidikan  biodiversitas flora di Gunung Meja. Sebagai maksud dari pembuatan plot, untuk mengetahui keanekaragaman jenis, potensi dan menetapkan kawasan ini sebagai Areal Sumberdaya Genetik (ASDG) penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora dan ekosisemnya. Hutan dan Pegunungan Di kaki Gunung Meja Manokwari ada sebuah penginapan murah. Namanya Penginapan Kagum. Wisatawan asing suka menginap di situ karena disamping nyaman dan terjangkau harganya, penginapan ini dekat dengan lokasi hutan yang ingin mereka kunjungi. Hutan hujan tropis memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat Papua. Hutan adalah lokasi untuk sumber makanan, kayu dan inspirasi seni. Di samping itu hutan berguna untuk menyerap CO2 yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat dunia. Pohon-pohon tinggi di hutan Gunung Meja yang terletak di dekat kota telah lama menjadi rumah bagi burung-burung langka endemik Papua seperti Kakaktua Putih, Kakaktua Raja, Taun-taun. Bermacam-macam anggrek hidup pula di pepohonan yang hijau tersebut. Hutan di daerah pantai masih banyak didiami oleh satwa liar seperti soa-soa, ular, kuskus dan bermacam-macam burung kecil lainnya. Tanaman-tanaman tropis baik yang memiliki khasiat sebagai obat ataupun yang menghasilkan buah-buahan banyak kita jumpai di hutan tersebut. Buah-buah ini merupakan sumber makanan utama bagi berbagai jenis binatang liar yang hidup di dalam hutan tropis Papua. Ketika kita berjalan menyusuri belantara hutan Gunung Meja, terutama di musim hujan, akan mudah sekali kita menjumpai jamur yang memiliki bentuk yang indah dan menawan. Bunga-bunga hutan merupakan penghias alam yang menyediakan nektar bagi kupu-kupu dan burung-burung kecil. Kali-kali kecil yang menuju ke laut adalah tempat hidupnya ikan, kepiting yang bentuknya unik. Perjalanan sepanjang lereng Gunung Meja merupakan sebuah pengalaman yang mengejutkan karena di beberapa tempat, masih nampak sisa-sisa terumbu karang purba yang hidup di daerah itu ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Karena tekanan tektonik lapisan bumi maka tempat yang dulunya adalah dasar laut terangkat jauh dari permukaan laut hingga ratusan meter lalu membentuk Gunung Meja. Oleh karena itu, hutan gunung meja yang kaya akan spesies tumbuhan, serangga maupun hewan tidak hanya menjadi tempat yang ideal bagi pariwisata yang berorientasi lingkungan tetapi juga bagi tujuan-tujuan pendidikan. Ada beberapa tempat di kawasan ini yang memiliki gua alam. Gua-gua tersebut berada di daerah yang terpencil sehingga sangat sedikit sekali orang yang mengetahui tentang keberadaannya. Di dalam sana, kita bisa menjumpai kelelawar-kelelawar kecil, kadal dan serangga kecil. Kota Manokwari dan Masyarakatnya Manokwari memanjang sesuai alur Teluk Dorey - tempat yang dijadikan oleh seorang peneliti alam Alfred Russel Wallace sebagai wilayah penelitian di tahun 1858. Kota yang dulu hanya berupa perkampungan kecil, kini telah berubah menjadi sebuah ibu kota Provinsi dengan perkembangan pembangunan yang pesat sekali. Di sini,  para wisatawan bisa bertemu dengan seniman-seniman yang memiliki talenta yang tinggi. Mereka menenun kain secara manual, membuat ukir-ukiran yang terbuat dari kayu, melukis pemandangan dan beraneka ragam satwa maupun tanaman Papua, serta menyuguhkan tari-tarian bergaya Pasifik yang indah dan menawan. Lagu-lagu tradisional Papua diputar oleh para sopir taksi, stasiun radio FM yang CDnya bisa dibeli di toko-toko kaset atau pasar. Pasar tradisional di Kota Manokwari ada dua buah yakni Pasar Sanggeng dan Pasar Wosi. Di sini wisatawan bisa menikmati bermacam-macam buah yang diproduksi oleh petani-petani lokal. Terkadang binatang-binatang buruan seperti babi hutan, tikus tanah, dan daging rusa dijual oleh penduduk asli. Tempat para nelayan menjual ikan terletak beberapa puluh meter dari pasar induk. Di Malam hari, warung makan di pinggir jalan dan restoran menyediakan bermacam-macam makanan dari yang bergaya Papua hingga yang bercita rasa Jawa, Minahasa maupun Mandarin. Seafood tersedia di hampir semua restoran yang ada di kota ini. Pantai, Pulau dan Terumbu Karang Masyarakat kota Manokwari suka sekali berenang di Pantai Pasir Putih setiap hari Minggu atau hari-hari libur lainnya. Perjalanan ke pantai itu lamanya kurang lebih sepuluh menit dari kota. Di samping pantai pasir putih, ada juga pantai Amban yang menghadap lautan pasifik. Deburan ombak begitu kuat terdengar hingga kawasan hutan gunung meja. Di tengah-tengah Teluk Dorey terdapat tiga buah pulau, Mansinam, Lemon dan Raimuti. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang Eropa mendarat di Pulau Mansinam untuk menyebarkan injil kepada penduduk asli Papua. Untuk menghormati kedua penginjil itu, sebuah monumen salib besar dibangun di sana. Teluk Dorey adalah kawasan penyelaman terumbu karang dan bangkai kapal yang sangat terkenal di Indonesia bahkan di dunia. Beberapa bangkai kapal besar dan kecil berbaring di dasar laut sekitar Pulau Mansinam dan Pulau Lemon serta Pantai Pasir Putih. Daftar pustaka Harijadi Bambang Tj dan M. J. Wajo, 1996. IdentifikasiJenis Burung Pada Kawasan TWA Gunung Meja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Lasamahu, L. 1996. Survei Pengambilan Hasil Hutan dan Jenis Penggunaannya pada Hutan Wisata Gunung Meja. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari (tidak diterbitkan). Potensi Biofisik Kawasan Hutan TWA Gunung Meja  Manokwari. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari 2006. Warsito dan Oktovina Eryanan .2006. Prosiding. Ekspose Hasil-hasil Penelitian dan PameranIPTEK, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari, 18-19 April 2006. Anonim. 2004. Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. NRM. Manokwari.  Anonim. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TWA Gunung Meja Tahun 2009-2024, Balai Besar KSDA Papua Barat. Sorong.  Leppe D dan Tokede MJ. 2008. Potensi Biofisik Taman Wisata Alam Gunung Meja. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari.

Rabu, 12 Januari 2011

Rangkuman : A.PengertianHutan Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang telah ditentukan oleh pemerintah untuk dilindungi dari segala macam aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan hutan atau kehilangan fungsi kesuburan tanah.hutan, seperti mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi. B. Peran Hutan Terhadap Lingkungan a. Peran Hutan Hutan bukanlah warisan nenek moyang, tetapi pinjaman anak cucu kita yang harus dilestarikan. Jika terjadi bencana, maka dipastikan, biaya 'recovery' jauh lebih besar ketimbang melakukan pencegahan secara dini. Begitu pentingnya fungsi hutan sehingga pada 21 Januari 2004 Presiden Megawati merasa perlu mencanangkan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) yaitu gerakan moral yang melibatkan semua komponen masyarakat bangsa untuk memperbaiki kondisi hutan dan lahan kritis. Dengan harapan, agar lahan kritis itu dapat berfungsi optimal, yang juga pada gilirannyabermanfaat bagi masyarakat sendiri. Tujuan melibatkan komponen masyarakat, tentu saja, agar mereka menyadari bahwa hutan dan lingkungan itu sangat penting dijaga kelestariannya. Hutan memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan manusia diantaranya sebagai berikut : 1. Pelestarian Plasma Nutfah Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragamanhayati. 2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Dengan demikian hutan menyaring udara menjadi lebih bersih dan sehat.

KARAKTERISTIK FISIOGNOMI PHYSOGNOMY HUTAN BASA DI KECAMATAN ANGGI GIDA, KABUPATAEN MANOKWARI PAPUA BARAT



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang

Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi, atau hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang lembab, dan curah hujan yang tinggi (Zaenuddin, 2008).
Patandianan (1996) mengatakan bahwa sifat tanah hutan hujan tropis adalah miskin hara sehingga tidak mampu mendukung produktivitas tumbuhan yang sangat tinggi. Menurut Resosoedarmo et al., (1986) produktivitas yang sangat tinggi pada kawasan ini terjadi karena ekosistem hutan hujan tropis memiliki sistem daur hara yang sangat ketat, tahan kebocoran, dan berlangsung cepat.
Pada hutan hujan tropis di wilayah Situ Lembang, terutama dalam kanopi pohon, terdapat berbagai kehidupan hewan serangga yang jumlahnya tak terhitung dan kadang-kadang memiliki warna yang indah sekali. Selain itu banyak juga terdapat katak pohon, kadal, ular, burung, tupai, monyet, dsb. Sebagian besar hidup hewan-hewan tersebut di atas pohon dan sangat jarang turun untuk menyentuh tanah selama hidupnya. Tumbuhan penyusun dari hutan hujan ini dapat berganti daun-daunya setiap tahunnya secara individual. Namun demikian tidak terdapat perubahan musiman yang teratur dan tidak juga berpengaruh terhadap seluruh vegetasi yang ada. Sepanjang tahun terjadi pembungaan dan pembentukkan buah, meskipun ada kecenderungan setiap tumbuhannya memiliki musim pembuahan pada waktu-waktu tertentu dan tidak sama untuk masing- masing jenis tumbuhan. Proses demikian disebut dengan gejalacauliflory (berbunga dan berbuah pada batang atau dahan-dahan yang telah tua dan tidak berdaun lagi). Proses dan siklus yang demikian itu merupakan gejala yang sangat umum dalam wilayah hutan hujan tropis (Ardiananda, 2008).

Fisiognomi adalah Fisiognomi adalah penampilan atau sifat  khas suatu komunitas  tumbuhan atau vegetasi, secara grafis dari suatu vegetasi, yang meliputi kenampakan komunitas dari luar. Kenampakan dari bentuk kehidupan spesies yang dominan pada suatu wilayah tanpa ketergantungan. Suatu vegetasi pada wilayah tertentu berbeda- beda, hal itu dapat ditentukan dengan suatu metode fisiognomi.

Hutan basah selalu  hijau merupakan tipe vegetasi  alami daerah tropis yang panas dan basah,dan salah satu lingkungan yang paling menguntungkan bagi kehidupan tumbuhan di bumi.Dua prasyarat utama untuk kehidupan yaitu :cahaya matahari dan air –terdapat melimpah ruah.suhu dan kelembaban yang tetap tinggi ,curah hujan yang tinggi sepanjang tahun dan penyinaran matahari yang panjang selama jam-jam di daerah katulistiwa,semuanya menyediakan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman.
Ovington (1974) melaporkan,bahwa lebih kurang setengah dari seluruh luas hutan di dinia (1.800 juta hektar) terletak di kawasan tropika.Dari seluruh hutan di daearah tropika kira-kira seperempatnya (400 juta hektar) terletak di wilayah Asia-Pasifik.Hampir seluruh hutan yang terdapat di Asia-Pasifik itu hutan alam,artinya tidak di tanam.
Hutan dapat di bedakan menurut jenis pohonnya ,sifat musimnya,letak gografis dan sebagainya.selain itu pembagian hutan juga mengunakan istilah bioma.Bioma di bedakan menurut bentuk daun yang dominan pada kawasan tersebut (apakah termasuk pada hutan hijau atau hutan gugur,atau juga kombinasi dari keduanya).

Hutan hujan tropis memiliki stratifikasi vertical yang sangat jelas.pohon-pohon pada kanopi itu seringkali rapat,sehingga hanya sedikit sekali  cahaya yang dapat mencapai tanah di bawahnya.ketika suatu pembukaan terjadi pada kanopi,barangkali karna pohon tumbang.pohon lain dan tanaman merambat yang berkayu akan tumbuh secara cepat, bersaing untuk mendapatkan cahaya dan ruang ketika mengisi celah tersebut.banyak pohon ditutupi oleh epifit (tumbuhan yang tumbuh di atas tumbuhan lain,bukan di atas tanah),seperti anggrek dan bromeliad.curah hujan, yang sangat bervariasi di daerah tropis,merupakan penentu utama Vegetasi yang tumbuh dalam suatu wilayah.pada daerah dataran rendah yang memiliki musim kering yang lama atau yang curah hujan jarang,hutan kering tropis akan dominan.Tumbuhan yang di temukan disini merupakan campuran pohon dan semak berduri banyak serta tumbuhan berair banyak (sukulen) Richards (1952).pada wilayah dengan musim kemarau dan musim hujan yang luas,pohon gugur tropis menjadi dominant. Tajuk hutan basa tropis sering di anggap berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat

 (Richards 1952) menjadi tiga lapisan atau lebih:yang menjulang tinggi dan  tajuk utama,pohon-pohon pada tingkat yang lebih rendah ,pohon-pohon  kecil berkayu dan terna lantai hutan serta semai.konsep ini merupakan sumber bertentangn yang hebat pada ahli-ahli ekologi (whitmore 1984a; Jacobs 1988),karma konsep ini tidak memperhatikan sifat dinamis tajuk hutan hujan basa dengan petak-petak yang berbeda pada berbagai tahap dalam daur pertumbuhan hutan.lapisan-lapisan itukadang-kadang  mudah  di kenal di dalam hutan dan di agram profil (tetapi lebih sering tidak),namun konsep stratifikasi ada pula manfaatnya,khususnya kita memperhatikan pengunaan hutan oleh binatang (mackimon 1978).



Sabtu, 08 Januari 2011

KARAKTERISTIK FISIOGNOMI PHYSOGNOMY HUTAN BASA DI KECAMATAN ANGGI GIDA, KABUPATAEN MANOKWARI PAPUA BARAT BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi, atau hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang lembab, dan curah hujan yang tinggi (Zaenuddin, 2008). Patandianan (1996) mengatakan bahwa sifat tanah hutan hujan tropis adalah miskin hara sehingga tidak mampu mendukung produktivitas tumbuhan yang sangat tinggi. Menurut Resosoedarmo et al., (1986) produktivitas yang sangat tinggi pada kawasan ini terjadi karena ekosistem hutan hujan tropis memiliki sistem daur hara yang sangat ketat, tahan kebocoran, dan berlangsung cepat. Pada hutan hujan tropis di wilayah Situ Lembang, terutama dalam kanopi pohon, terdapat berbagai kehidupan hewan serangga yang jumlahnya tak terhitung dan kadang-kadang memiliki warna yang indah sekali. Selain itu banyak juga terdapat katak pohon, kadal, ular, burung, tupai, monyet, dsb. Sebagian besar hidup hewan-hewan tersebut di atas pohon dan sangat jarang turun untuk menyentuh tanah selama hidupnya. Tumbuhan penyusun dari hutan hujan ini dapat berganti daun-daunya setiap tahunnya secara individual. Namun demikian tidak terdapat perubahan musiman yang teratur dan tidak juga berpengaruh terhadap seluruh vegetasi yang ada. Sepanjang tahun terjadi pembungaan dan pembentukkan buah, meskipun ada kecenderungan setiap tumbuhannya memiliki musim pembuahan pada waktu-waktu tertentu dan tidak sama untuk masing- masing jenis tumbuhan. Proses demikian disebut dengan gejalacauliflory (berbunga dan berbuah pada batang atau dahan-dahan yang telah tua dan tidak berdaun lagi). Proses dan siklus yang demikian itu merupakan gejala yang sangat umum dalam wilayah hutan hujan tropis (Ardiananda, 2008). Fisiognomi adalah Fisiognomi adalah penampilan atau sifat khas suatu komunitas tumbuhan atau vegetasi, secara grafis dari suatu vegetasi, yang meliputi kenampakan komunitas dari luar. Kenampakan dari bentuk kehidupan spesies yang dominan pada suatu wilayah tanpa ketergantungan. Suatu vegetasi pada wilayah tertentu berbeda- beda, hal itu dapat ditentukan dengan suatu metode fisiognomi. Hutan basah selalu hijau merupakan tipe vegetasi alami daerah tropis yang panas dan basah,dan salah satu lingkungan yang paling menguntungkan bagi kehidupan tumbuhan di bumi.Dua prasyarat utama untuk kehidupan yaitu :cahaya matahari dan air –terdapat melimpah ruah.suhu dan kelembaban yang tetap tinggi ,curah hujan yang tinggi sepanjang tahun dan penyinaran matahari yang panjang selama jam-jam di daerah katulistiwa,semuanya menyediakan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Ovington (1974) melaporkan,bahwa lebih kurang setengah dari seluruh luas hutan di dinia (1.800 juta hektar) terletak di kawasan tropika.Dari seluruh hutan di daearah tropika kira-kira seperempatnya (400 juta hektar) terletak di wilayah Asia-Pasifik.Hampir seluruh hutan yang terdapat di Asia-Pasifik itu hutan alam,artinya tidak di tanam. Hutan dapat di bedakan menurut jenis pohonnya ,sifat musimnya,letak gografis dan sebagainya.selain itu pembagian hutan juga mengunakan istilah bioma.Bioma di bedakan menurut bentuk daun yang dominan pada kawasan tersebut (apakah termasuk pada hutan hijau atau hutan gugur,atau juga kombinasi dari keduanya). Hutan hujan tropis memiliki stratifikasi vertical yang sangat jelas.pohon-pohon pada kanopi itu seringkali rapat,sehingga hanya sedikit sekali cahaya yang dapat mencapai tanah di bawahnya.ketika suatu pembukaan terjadi pada kanopi,barangkali karna pohon tumbang.pohon lain dan tanaman merambat yang berkayu akan tumbuh secara cepat, bersaing untuk mendapatkan cahaya dan ruang ketika mengisi celah tersebut.banyak pohon ditutupi oleh epifit (tumbuhan yang tumbuh di atas tumbuhan lain,bukan di atas tanah),seperti anggrek dan bromeliad.curah hujan, yang sangat bervariasi di daerah tropis,merupakan penentu utama Vegetasi yang tumbuh dalam suatu wilayah.pada daerah dataran rendah yang memiliki musim kering yang lama atau yang curah hujan jarang,hutan kering tropis akan dominan.Tumbuhan yang di temukan disini merupakan campuran pohon dan semak berduri banyak serta tumbuhan berair banyak (sukulen) Richards (1952).pada wilayah dengan musim kemarau dan musim hujan yang luas,pohon gugur tropis menjadi dominant. Tajuk hutan basa tropis sering di anggap berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat (Richards 1952) menjadi tiga lapisan atau lebih:yang menjulang tinggi dan tajuk utama,pohon-pohon pada tingkat yang lebih rendah ,pohon-pohon kecil berkayu dan terna lantai hutan serta semai.konsep ini merupakan sumber bertentangn yang hebat pada ahli-ahli ekologi (whitmore 1984a; Jacobs 1988),karma konsep ini tidak memperhatikan sifat dinamis tajuk hutan hujan basa dengan petak-petak yang berbeda pada berbagai tahap dalam daur pertumbuhan hutan.lapisan-lapisan itukadang-kadang mudah di kenal di dalam hutan dan di agram profil (tetapi lebih sering tidak),namun konsep stratifikasi ada pula manfaatnya,khususnya kita memperhatikan pengunaan hutan oleh binatang (mackimon 1978). 1.2.Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas pada praktek kerja lapangan ini adalah bagaimana mengetahui vegetasi suatu tanaman dari kenampakan luar dan bentuk kehidupan tanaman tersebut di alam hutan basa. Mengapa hutan selalu basa dan lembab ? 1.3.Tujuan praktek kerja lapangan (PKL) Praktek kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui apakah vegetasi suatu tanaman dari kenampakan luar dan bentuk kehidupannya di alam hutan basa. Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui karakteristik hutan hujan basa dan lembab di Kecamatan anggi Gida Kabupaten Manokwari . 1.4. Manfaat kerja lapangan (PKL) Untuk mengetahui karakteristik fisiognomi vegetasi di hutan hujan basa dan kelembaban Dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat tentang karakteristik fisognomi vegetsi hutan basa yang terdapat nilai-nilai penting yang berupa kanekargaman spesies flora dan fauna di daerah tersebut.