Kamis, 27 Januari 2011

TUGAS MAKALAH MENEJEMEN LINGKUNGAN “TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI” Oleh: Yopie Saiba Npm:2080613006 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2011 BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Taman Wisata Alam adalah salah satu dari kawasan pelestarian alam, dimana fungsi utamanya dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam. Sebanyak 124 unit lokasi Taman wisata alam (TWA) seluas 1.041.345,21 ha, yang terdiri dari 105 unit lokasi TWA daratan (271.224,51 ha) dan sisanya 19 unit lokasi TWA adalah daratan dengan perairan (770.120,70 ha), (Anonimous 2007). Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari, Papua Barat. adalah salah satu dari beberapa lokasi TWA dataran yang ada Indonesia yang hingga saat ini belum mendapat perhatian yang khusus dalam menangani dan menyikapi kawasan pelestarian tersebut. Bila dilihat, potensi dan manfaatan kawasan ini sangat menjanjikan yang dapat dijadikan aset pemerintah dalam meningkatkan PAD dan sebagai penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora, fauna dan ekosisemnya. Risalah kawasan Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980 dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekontruksi penataan batas kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha. Sebagai kawasan pelestarian TWA Gunung Meja merupakan salah satu hutan dataran rendah di Manokwari yang mempunyai potensi flora dan fauna yang beragam dengan bentuk wilayah yang unik. Karena bentuk wilayah yang unik tersebut terutama struktur geologi dan dengan kepadatan vegetasi hutannya serta letaknya yang dekat dengan kota maka hutan ini disebut juga sebagai hutan Lindung Hidro-orologis (pengatur tata air). Secara geografis hutan TWA gunung Meja terletak antara koordinat 1340 04’ 30” -1340 05’ 32” Bujur Timur dan  00 50’25” - 00’ 55” Lintang Selatan. Formasi geologis di daerah ini mediteran dengan batuan sedimen neogen. Lapisan tanah dangkal dan berbatu di antara batuan kapur keras. Dengan ketinggian tempat mencapai 175 m dpl, kawasan ini memiliki topografi yang bervariasi. Mulai dari datar hingga bergelombang ringan sampai berat, pada beberapa daerah tertentu dijumpai jurang yang terjal dan lereng yang tajam. Klasifikasi Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,3 0C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. 51sebelumnya saya telah katakan bahwa Manokwari adalah daerah tujuan wisata yang baik di tanah Papua. Mengapa demikian? Apa saja yang bisa dijumpai oleh para wisatawan ketika mengunjungi daerah ini? Tentu saja pernyataan saya memiliki alasan yang baik sehingga saya berani mempromosikan Manokwari di website ini. Okay, pada beberapa paragraf berikut, saya akan menjelaskan beberapa daya tarik wisata di Manokwari yang terbagi dalam tiga wilayah utama yakni hutan dan pegunungan, kota dan masyarakatnya, serta pantai dan terumbu karang. Masing-masing wilayah wisata itu akan saya jelaskan sebagai berikut: Potensi Kawasan TWA Gunung Meja Flora Tumbuhan Berkayu (Woody plant):Keragaman flora di kawasan ini cukup beragam mulai dari tumbuhan berkayu hingga tumbuhan tidak berkayu. Pada jenis tumbuhan berkayu terdapat perubahan struktur vegetasi, dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (10-20 cm) yang sangat tinggi. Pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat pada vegetasi tingkat tiang ini umumnya digunakan untuk pembuatan pagar kebun, kerangka bangunan rumah atau pondok dan kayu bakar. Lasamahu (1996), melaporkan pengambilan hasil hutan dari kawasan ini adalah untuk hasil hutan kayu rata-rata sebesar 71,8100 m3 per tahun, sedangkan hasil hutan non kayu beupa bambu 0,0937 m3 per tahun, rotan 0,0421 m3 per tahun, anggrek 27 tumbuhan per tahun. Tumbuhan Non Berkayu (Non Woody plant): Beberapa jenis tumbahan non kayu yang terdapat di kawasan hutan TWA gunung meja berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Penelitian Kehutanan Manokwari diketahuiJenis Bambu : diketahui terdapat 8 jenis di daerah ini, dari ± 32 jenis yang ada di Papua (Widjaya, 1988). Pada jenis anggrek (Dendrobium littorale, D. grastidium, D. bifalce, D. liniale, Grammatophyllum sciptum BL.,dan Pamatocalpa sp., dll). Palem (Caryota rumphiana Mart., Arenga microcarpa Becc.,Orania sp., dll). Dan pada jenis Rotan (Calamus aruensis Becc dan Karthalsia zippeli Burrret) Fauna Avifauna termasuk dalam kelompok satwaliar yang dapat menjadi indikator kondisi suatu habitat. Burung yang ditemukan di kawasan TWA Gunung Meja sekitar tahun 90 an, cukup banyak jenisnya, beberapa jenis yang merupakan satwa burung dilindungi terdapat di kawasan tersebut. Harijadi dan Wajo (1996), melaporkan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja dengan menggunakan metode perjumpaan mendapatkan sedikitnya 39 jenis burung  jumlah yang ditemukan pada tahun tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jenis yang ditemukan oleh Warsito dan Oktovina (2005) sebanyak 25 jenis burung. Penurunan jenis burung di kawasan ini diduga sebagai akibat dari semakin banyaknya kawasan terbuka, perburuan liar, perambahan hutan , pembukaan areal kebun dan lain-lain.     WISATA Goa Dari 19 goa alam yang ditemukan, terdapat 4 goa alam yang berukuran besar. di kawasan TWA Gunung Meja yang sebetulnya sangat potensial untuk obyek wisata. Namun hingga saat ini belum adanya penangganan khusus bagi obyek ini. Goa tersebut menurut masyarakat setempat adalah goa alami yang terjadi dan ada sejak dari dahulu. Oleh sebagian masyarakat, dahulu digunakan sebagai tempat untuk mengambil air minum namun saat ini pengambilan air minum di goa tersebut kurang diminati karena pada sebagian masyarakat telah membuat sumur sendiri dan ada juga yang telah menggunakan layanan PDAM. Sementara itu, berapa goa lainnya telah menjadi sarana bermain anak-anak sehingga beberapa goa tersebut tidak terpelihara dengan baik dan menjadi kotor. Tugu Jepang Tugu Jepang ini merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan tentara Jepang di daerah Manokwari. Namun saat ini Tugu Jepang yang merupakan saksi sejarah telah rusak akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab dan kurangnya perhatian dari instansi terkait terhadap situs-situs sejarah yang ada di daerah ini. Mata Air Sebagai kawasan hidro-orologis bagi masyarakat di kota Manokwari, kawasan TWA Gunung Meja memiliki fungsi yang penting. Tim penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari menemukan sedikitnya terdapat 23 mata air di kawasan ini yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan dan  menjadi alternative dalam mengambil air oleh mayarakat kota Manokwari di kala musim kemarau (Juni- Agustus). Hutan Pendidikan Di bagian Utara, dapat dijumpai beberapa petak tanaman kehutanan yang terpelihara dengan baik, kondisi tersebut sampai saat ini masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan, petak tanaman tersebut merupakan hutan pendidikan yang masih dikelola dan dipelihara dengan baik oleh instansi terkait. Selain petak tersebut, pada bagian Timur telah dibuatkan areal plot monitoring sebagai kawasan penelitian/pendidikan  biodiversitas flora di Gunung Meja. Sebagai maksud dari pembuatan plot, untuk mengetahui keanekaragaman jenis, potensi dan menetapkan kawasan ini sebagai Areal Sumberdaya Genetik (ASDG) penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora dan ekosisemnya. Hutan dan Pegunungan Di kaki Gunung Meja Manokwari ada sebuah penginapan murah. Namanya Penginapan Kagum. Wisatawan asing suka menginap di situ karena disamping nyaman dan terjangkau harganya, penginapan ini dekat dengan lokasi hutan yang ingin mereka kunjungi. Hutan hujan tropis memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat Papua. Hutan adalah lokasi untuk sumber makanan, kayu dan inspirasi seni. Di samping itu hutan berguna untuk menyerap CO2 yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat dunia. Pohon-pohon tinggi di hutan Gunung Meja yang terletak di dekat kota telah lama menjadi rumah bagi burung-burung langka endemik Papua seperti Kakaktua Putih, Kakaktua Raja, Taun-taun. Bermacam-macam anggrek hidup pula di pepohonan yang hijau tersebut. Hutan di daerah pantai masih banyak didiami oleh satwa liar seperti soa-soa, ular, kuskus dan bermacam-macam burung kecil lainnya. Tanaman-tanaman tropis baik yang memiliki khasiat sebagai obat ataupun yang menghasilkan buah-buahan banyak kita jumpai di hutan tersebut. Buah-buah ini merupakan sumber makanan utama bagi berbagai jenis binatang liar yang hidup di dalam hutan tropis Papua. Ketika kita berjalan menyusuri belantara hutan Gunung Meja, terutama di musim hujan, akan mudah sekali kita menjumpai jamur yang memiliki bentuk yang indah dan menawan. Bunga-bunga hutan merupakan penghias alam yang menyediakan nektar bagi kupu-kupu dan burung-burung kecil. Kali-kali kecil yang menuju ke laut adalah tempat hidupnya ikan, kepiting yang bentuknya unik. Perjalanan sepanjang lereng Gunung Meja merupakan sebuah pengalaman yang mengejutkan karena di beberapa tempat, masih nampak sisa-sisa terumbu karang purba yang hidup di daerah itu ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Karena tekanan tektonik lapisan bumi maka tempat yang dulunya adalah dasar laut terangkat jauh dari permukaan laut hingga ratusan meter lalu membentuk Gunung Meja. Oleh karena itu, hutan gunung meja yang kaya akan spesies tumbuhan, serangga maupun hewan tidak hanya menjadi tempat yang ideal bagi pariwisata yang berorientasi lingkungan tetapi juga bagi tujuan-tujuan pendidikan. Ada beberapa tempat di kawasan ini yang memiliki gua alam. Gua-gua tersebut berada di daerah yang terpencil sehingga sangat sedikit sekali orang yang mengetahui tentang keberadaannya. Di dalam sana, kita bisa menjumpai kelelawar-kelelawar kecil, kadal dan serangga kecil. Kota Manokwari dan Masyarakatnya Manokwari memanjang sesuai alur Teluk Dorey - tempat yang dijadikan oleh seorang peneliti alam Alfred Russel Wallace sebagai wilayah penelitian di tahun 1858. Kota yang dulu hanya berupa perkampungan kecil, kini telah berubah menjadi sebuah ibu kota Provinsi dengan perkembangan pembangunan yang pesat sekali. Di sini,  para wisatawan bisa bertemu dengan seniman-seniman yang memiliki talenta yang tinggi. Mereka menenun kain secara manual, membuat ukir-ukiran yang terbuat dari kayu, melukis pemandangan dan beraneka ragam satwa maupun tanaman Papua, serta menyuguhkan tari-tarian bergaya Pasifik yang indah dan menawan. Lagu-lagu tradisional Papua diputar oleh para sopir taksi, stasiun radio FM yang CDnya bisa dibeli di toko-toko kaset atau pasar. Pasar tradisional di Kota Manokwari ada dua buah yakni Pasar Sanggeng dan Pasar Wosi. Di sini wisatawan bisa menikmati bermacam-macam buah yang diproduksi oleh petani-petani lokal. Terkadang binatang-binatang buruan seperti babi hutan, tikus tanah, dan daging rusa dijual oleh penduduk asli. Tempat para nelayan menjual ikan terletak beberapa puluh meter dari pasar induk. Di Malam hari, warung makan di pinggir jalan dan restoran menyediakan bermacam-macam makanan dari yang bergaya Papua hingga yang bercita rasa Jawa, Minahasa maupun Mandarin. Seafood tersedia di hampir semua restoran yang ada di kota ini. Pantai, Pulau dan Terumbu Karang Masyarakat kota Manokwari suka sekali berenang di Pantai Pasir Putih setiap hari Minggu atau hari-hari libur lainnya. Perjalanan ke pantai itu lamanya kurang lebih sepuluh menit dari kota. Di samping pantai pasir putih, ada juga pantai Amban yang menghadap lautan pasifik. Deburan ombak begitu kuat terdengar hingga kawasan hutan gunung meja. Di tengah-tengah Teluk Dorey terdapat tiga buah pulau, Mansinam, Lemon dan Raimuti. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang Eropa mendarat di Pulau Mansinam untuk menyebarkan injil kepada penduduk asli Papua. Untuk menghormati kedua penginjil itu, sebuah monumen salib besar dibangun di sana. Teluk Dorey adalah kawasan penyelaman terumbu karang dan bangkai kapal yang sangat terkenal di Indonesia bahkan di dunia. Beberapa bangkai kapal besar dan kecil berbaring di dasar laut sekitar Pulau Mansinam dan Pulau Lemon serta Pantai Pasir Putih. Daftar pustaka Harijadi Bambang Tj dan M. J. Wajo, 1996. IdentifikasiJenis Burung Pada Kawasan TWA Gunung Meja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Lasamahu, L. 1996. Survei Pengambilan Hasil Hutan dan Jenis Penggunaannya pada Hutan Wisata Gunung Meja. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari (tidak diterbitkan). Potensi Biofisik Kawasan Hutan TWA Gunung Meja  Manokwari. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari 2006. Warsito dan Oktovina Eryanan .2006. Prosiding. Ekspose Hasil-hasil Penelitian dan PameranIPTEK, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari, 18-19 April 2006. Anonim. 2004. Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. NRM. Manokwari.  Anonim. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TWA Gunung Meja Tahun 2009-2024, Balai Besar KSDA Papua Barat. Sorong.  Leppe D dan Tokede MJ. 2008. Potensi Biofisik Taman Wisata Alam Gunung Meja. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari. TUGAS MAKALAH MENEJEMEN LINGKUNGAN “TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI” Oleh: Yopie Saiba Npm:2080613006 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2011 BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Taman Wisata Alam adalah salah satu dari kawasan pelestarian alam, dimana fungsi utamanya dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan keunikan alam. Sebanyak 124 unit lokasi Taman wisata alam (TWA) seluas 1.041.345,21 ha, yang terdiri dari 105 unit lokasi TWA daratan (271.224,51 ha) dan sisanya 19 unit lokasi TWA adalah daratan dengan perairan (770.120,70 ha), (Anonimous 2007). Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari, Papua Barat. adalah salah satu dari beberapa lokasi TWA dataran yang ada Indonesia yang hingga saat ini belum mendapat perhatian yang khusus dalam menangani dan menyikapi kawasan pelestarian tersebut. Bila dilihat, potensi dan manfaatan kawasan ini sangat menjanjikan yang dapat dijadikan aset pemerintah dalam meningkatkan PAD dan sebagai penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora, fauna dan ekosisemnya. Risalah kawasan Hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tanggal 12 Januari 1980 dengan luas areal 500 ha. Namun setelah dilakukan rekontruksi penataan batas kawasan pada tahun 1990 oleh Sub Balai Inventarisasi dan Penataan Hutan Manokwari, diperoleh luasan definitif yaitu 460,25 ha. Sebagai kawasan pelestarian TWA Gunung Meja merupakan salah satu hutan dataran rendah di Manokwari yang mempunyai potensi flora dan fauna yang beragam dengan bentuk wilayah yang unik. Karena bentuk wilayah yang unik tersebut terutama struktur geologi dan dengan kepadatan vegetasi hutannya serta letaknya yang dekat dengan kota maka hutan ini disebut juga sebagai hutan Lindung Hidro-orologis (pengatur tata air). Secara geografis hutan TWA gunung Meja terletak antara koordinat 1340 04’ 30” -1340 05’ 32” Bujur Timur dan  00 50’25” - 00’ 55” Lintang Selatan. Formasi geologis di daerah ini mediteran dengan batuan sedimen neogen. Lapisan tanah dangkal dan berbatu di antara batuan kapur keras. Dengan ketinggian tempat mencapai 175 m dpl, kawasan ini memiliki topografi yang bervariasi. Mulai dari datar hingga bergelombang ringan sampai berat, pada beberapa daerah tertentu dijumpai jurang yang terjal dan lereng yang tajam. Klasifikasi Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A dengan curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-rata suhu maksimum berkisar pada 30,3 0C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. 51sebelumnya saya telah katakan bahwa Manokwari adalah daerah tujuan wisata yang baik di tanah Papua. Mengapa demikian? Apa saja yang bisa dijumpai oleh para wisatawan ketika mengunjungi daerah ini? Tentu saja pernyataan saya memiliki alasan yang baik sehingga saya berani mempromosikan Manokwari di website ini. Okay, pada beberapa paragraf berikut, saya akan menjelaskan beberapa daya tarik wisata di Manokwari yang terbagi dalam tiga wilayah utama yakni hutan dan pegunungan, kota dan masyarakatnya, serta pantai dan terumbu karang. Masing-masing wilayah wisata itu akan saya jelaskan sebagai berikut: Potensi Kawasan TWA Gunung Meja Flora Tumbuhan Berkayu (Woody plant):Keragaman flora di kawasan ini cukup beragam mulai dari tumbuhan berkayu hingga tumbuhan tidak berkayu. Pada jenis tumbuhan berkayu terdapat perubahan struktur vegetasi, dimana vegetasi tingkat tiang semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena frekuensi pengambilan jenis kayu pada fase pertumbuhan ini (10-20 cm) yang sangat tinggi. Pengambilan kayu yang dilakukan oleh masyarakat pada vegetasi tingkat tiang ini umumnya digunakan untuk pembuatan pagar kebun, kerangka bangunan rumah atau pondok dan kayu bakar. Lasamahu (1996), melaporkan pengambilan hasil hutan dari kawasan ini adalah untuk hasil hutan kayu rata-rata sebesar 71,8100 m3 per tahun, sedangkan hasil hutan non kayu beupa bambu 0,0937 m3 per tahun, rotan 0,0421 m3 per tahun, anggrek 27 tumbuhan per tahun. Tumbuhan Non Berkayu (Non Woody plant): Beberapa jenis tumbahan non kayu yang terdapat di kawasan hutan TWA gunung meja berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti Balai Penelitian Kehutanan Manokwari diketahuiJenis Bambu : diketahui terdapat 8 jenis di daerah ini, dari ± 32 jenis yang ada di Papua (Widjaya, 1988). Pada jenis anggrek (Dendrobium littorale, D. grastidium, D. bifalce, D. liniale, Grammatophyllum sciptum BL.,dan Pamatocalpa sp., dll). Palem (Caryota rumphiana Mart., Arenga microcarpa Becc.,Orania sp., dll). Dan pada jenis Rotan (Calamus aruensis Becc dan Karthalsia zippeli Burrret) Fauna Avifauna termasuk dalam kelompok satwaliar yang dapat menjadi indikator kondisi suatu habitat. Burung yang ditemukan di kawasan TWA Gunung Meja sekitar tahun 90 an, cukup banyak jenisnya, beberapa jenis yang merupakan satwa burung dilindungi terdapat di kawasan tersebut. Harijadi dan Wajo (1996), melaporkan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja dengan menggunakan metode perjumpaan mendapatkan sedikitnya 39 jenis burung  jumlah yang ditemukan pada tahun tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jenis yang ditemukan oleh Warsito dan Oktovina (2005) sebanyak 25 jenis burung. Penurunan jenis burung di kawasan ini diduga sebagai akibat dari semakin banyaknya kawasan terbuka, perburuan liar, perambahan hutan , pembukaan areal kebun dan lain-lain.     WISATA Goa Dari 19 goa alam yang ditemukan, terdapat 4 goa alam yang berukuran besar. di kawasan TWA Gunung Meja yang sebetulnya sangat potensial untuk obyek wisata. Namun hingga saat ini belum adanya penangganan khusus bagi obyek ini. Goa tersebut menurut masyarakat setempat adalah goa alami yang terjadi dan ada sejak dari dahulu. Oleh sebagian masyarakat, dahulu digunakan sebagai tempat untuk mengambil air minum namun saat ini pengambilan air minum di goa tersebut kurang diminati karena pada sebagian masyarakat telah membuat sumur sendiri dan ada juga yang telah menggunakan layanan PDAM. Sementara itu, berapa goa lainnya telah menjadi sarana bermain anak-anak sehingga beberapa goa tersebut tidak terpelihara dengan baik dan menjadi kotor. Tugu Jepang Tugu Jepang ini merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan tentara Jepang di daerah Manokwari. Namun saat ini Tugu Jepang yang merupakan saksi sejarah telah rusak akibat ulah orang yang tidak bertanggung jawab dan kurangnya perhatian dari instansi terkait terhadap situs-situs sejarah yang ada di daerah ini. Mata Air Sebagai kawasan hidro-orologis bagi masyarakat di kota Manokwari, kawasan TWA Gunung Meja memiliki fungsi yang penting. Tim penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manokwari menemukan sedikitnya terdapat 23 mata air di kawasan ini yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan dan  menjadi alternative dalam mengambil air oleh mayarakat kota Manokwari di kala musim kemarau (Juni- Agustus). Hutan Pendidikan Di bagian Utara, dapat dijumpai beberapa petak tanaman kehutanan yang terpelihara dengan baik, kondisi tersebut sampai saat ini masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan, petak tanaman tersebut merupakan hutan pendidikan yang masih dikelola dan dipelihara dengan baik oleh instansi terkait. Selain petak tersebut, pada bagian Timur telah dibuatkan areal plot monitoring sebagai kawasan penelitian/pendidikan  biodiversitas flora di Gunung Meja. Sebagai maksud dari pembuatan plot, untuk mengetahui keanekaragaman jenis, potensi dan menetapkan kawasan ini sebagai Areal Sumberdaya Genetik (ASDG) penyimpan maupun pengawetan keanekaragaman jenis baik flora dan ekosisemnya. Hutan dan Pegunungan Di kaki Gunung Meja Manokwari ada sebuah penginapan murah. Namanya Penginapan Kagum. Wisatawan asing suka menginap di situ karena disamping nyaman dan terjangkau harganya, penginapan ini dekat dengan lokasi hutan yang ingin mereka kunjungi. Hutan hujan tropis memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat Papua. Hutan adalah lokasi untuk sumber makanan, kayu dan inspirasi seni. Di samping itu hutan berguna untuk menyerap CO2 yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat dunia. Pohon-pohon tinggi di hutan Gunung Meja yang terletak di dekat kota telah lama menjadi rumah bagi burung-burung langka endemik Papua seperti Kakaktua Putih, Kakaktua Raja, Taun-taun. Bermacam-macam anggrek hidup pula di pepohonan yang hijau tersebut. Hutan di daerah pantai masih banyak didiami oleh satwa liar seperti soa-soa, ular, kuskus dan bermacam-macam burung kecil lainnya. Tanaman-tanaman tropis baik yang memiliki khasiat sebagai obat ataupun yang menghasilkan buah-buahan banyak kita jumpai di hutan tersebut. Buah-buah ini merupakan sumber makanan utama bagi berbagai jenis binatang liar yang hidup di dalam hutan tropis Papua. Ketika kita berjalan menyusuri belantara hutan Gunung Meja, terutama di musim hujan, akan mudah sekali kita menjumpai jamur yang memiliki bentuk yang indah dan menawan. Bunga-bunga hutan merupakan penghias alam yang menyediakan nektar bagi kupu-kupu dan burung-burung kecil. Kali-kali kecil yang menuju ke laut adalah tempat hidupnya ikan, kepiting yang bentuknya unik. Perjalanan sepanjang lereng Gunung Meja merupakan sebuah pengalaman yang mengejutkan karena di beberapa tempat, masih nampak sisa-sisa terumbu karang purba yang hidup di daerah itu ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Karena tekanan tektonik lapisan bumi maka tempat yang dulunya adalah dasar laut terangkat jauh dari permukaan laut hingga ratusan meter lalu membentuk Gunung Meja. Oleh karena itu, hutan gunung meja yang kaya akan spesies tumbuhan, serangga maupun hewan tidak hanya menjadi tempat yang ideal bagi pariwisata yang berorientasi lingkungan tetapi juga bagi tujuan-tujuan pendidikan. Ada beberapa tempat di kawasan ini yang memiliki gua alam. Gua-gua tersebut berada di daerah yang terpencil sehingga sangat sedikit sekali orang yang mengetahui tentang keberadaannya. Di dalam sana, kita bisa menjumpai kelelawar-kelelawar kecil, kadal dan serangga kecil. Kota Manokwari dan Masyarakatnya Manokwari memanjang sesuai alur Teluk Dorey - tempat yang dijadikan oleh seorang peneliti alam Alfred Russel Wallace sebagai wilayah penelitian di tahun 1858. Kota yang dulu hanya berupa perkampungan kecil, kini telah berubah menjadi sebuah ibu kota Provinsi dengan perkembangan pembangunan yang pesat sekali. Di sini,  para wisatawan bisa bertemu dengan seniman-seniman yang memiliki talenta yang tinggi. Mereka menenun kain secara manual, membuat ukir-ukiran yang terbuat dari kayu, melukis pemandangan dan beraneka ragam satwa maupun tanaman Papua, serta menyuguhkan tari-tarian bergaya Pasifik yang indah dan menawan. Lagu-lagu tradisional Papua diputar oleh para sopir taksi, stasiun radio FM yang CDnya bisa dibeli di toko-toko kaset atau pasar. Pasar tradisional di Kota Manokwari ada dua buah yakni Pasar Sanggeng dan Pasar Wosi. Di sini wisatawan bisa menikmati bermacam-macam buah yang diproduksi oleh petani-petani lokal. Terkadang binatang-binatang buruan seperti babi hutan, tikus tanah, dan daging rusa dijual oleh penduduk asli. Tempat para nelayan menjual ikan terletak beberapa puluh meter dari pasar induk. Di Malam hari, warung makan di pinggir jalan dan restoran menyediakan bermacam-macam makanan dari yang bergaya Papua hingga yang bercita rasa Jawa, Minahasa maupun Mandarin. Seafood tersedia di hampir semua restoran yang ada di kota ini. Pantai, Pulau dan Terumbu Karang Masyarakat kota Manokwari suka sekali berenang di Pantai Pasir Putih setiap hari Minggu atau hari-hari libur lainnya. Perjalanan ke pantai itu lamanya kurang lebih sepuluh menit dari kota. Di samping pantai pasir putih, ada juga pantai Amban yang menghadap lautan pasifik. Deburan ombak begitu kuat terdengar hingga kawasan hutan gunung meja. Di tengah-tengah Teluk Dorey terdapat tiga buah pulau, Mansinam, Lemon dan Raimuti. Pada tanggal 5 Februari 1855, dua orang Eropa mendarat di Pulau Mansinam untuk menyebarkan injil kepada penduduk asli Papua. Untuk menghormati kedua penginjil itu, sebuah monumen salib besar dibangun di sana. Teluk Dorey adalah kawasan penyelaman terumbu karang dan bangkai kapal yang sangat terkenal di Indonesia bahkan di dunia. Beberapa bangkai kapal besar dan kecil berbaring di dasar laut sekitar Pulau Mansinam dan Pulau Lemon serta Pantai Pasir Putih. Daftar pustaka Harijadi Bambang Tj dan M. J. Wajo, 1996. IdentifikasiJenis Burung Pada Kawasan TWA Gunung Meja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Lasamahu, L. 1996. Survei Pengambilan Hasil Hutan dan Jenis Penggunaannya pada Hutan Wisata Gunung Meja. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari (tidak diterbitkan). Potensi Biofisik Kawasan Hutan TWA Gunung Meja  Manokwari. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari 2006. Warsito dan Oktovina Eryanan .2006. Prosiding. Ekspose Hasil-hasil Penelitian dan PameranIPTEK, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku. Manokwari, 18-19 April 2006. Anonim. 2004. Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. NRM. Manokwari.  Anonim. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TWA Gunung Meja Tahun 2009-2024, Balai Besar KSDA Papua Barat. Sorong.  Leppe D dan Tokede MJ. 2008. Potensi Biofisik Taman Wisata Alam Gunung Meja. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari.


IKATAN PELAJAR MAHASISWA MANOKWARI (IPMMA)-
MALANG JAWA TIMUR
TAHUN 2011
Sekretarit : jln. MT. haryono. Gg.XIX.dinoyo Permai Kav. 1c


No : 02/BPH-IPMMA/ MLG/I/2011 Kepada
Lampiran : 2 (Dua) lembar Yth, bapak…………
Perihal : Bantuan Dana Natal Di –
Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan perihal tersebut diatas, maka dengan ini kami mahasiswa/I asal Kabupaten Manokwari di kota study Malang, sesuai dengan surat keputusan No.02/SK-PANITIA NATAL IPMMA/MLG/I/2011 BPH-IPMMA yang telah membentuk panitia natal keluarga besar Manokwari Se-Jawa Bali, disertai beberapa kegiatan sebagai beriku:
  1. Temu akrap antara pemerintah daerah dan mahasiswa/I sejawa bali
  2. Temu akrab dari mahasiswa kota study malang dengan kota studiy lain.
  3. Natal Keluarga Besar IPMMA
Dengan kegiatan yang kami cantumkan diatas maka kami minta bantuan dari bapak agar menunjang kegiatan tersebut diatas. Dengan perincian sebagai berikut:
Total keseluruhan sumber dana yang di butuhkan sebesar Rp. 100.000.000,-
Demikian atas bantuan dari bapak kiranya kami tak lupa ucapkan banyak terima kasih.

Malang 24 Januari 2011

A.n
BPH IPMMA Panitia Natal IPMMA 2011
KETUA Ketua Panitia



Anwar Ahoren Yopie Saiba



Tembusan yth :
  1. Bapak Bupati Kab. Manokwari di Manokwari
  2. Bapak Ketua DPRD Kab.Manokwari, di Manokwari
  3. Arsip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar